Sebaris pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Patraman namun sangat menusuk hatinya. Kedua matanya merah menyala karena marah, urat malu memenuhi setiap garis wajah Patraman....
Agung Sedayu sama sekali tidak mengucap kata ketika Sekar Mirah menggelontorkan pertanyaan yang memang sulit dijawab olehnya. Meski begitu, Agung Sedayu telah mempunyai dugaan bahwa...
Di bawah temaram cahaya merah, Patraman mencoba mengenali penyerangnya. Ia merasa mengetahui dasar gerakan dan bentuk tubuh lelaki muda yang berkelahi garang di hadapannya. Ia...
Pandan Wangi yang duduk di sisi kanan Sekar Mirah berkata, “Tentu ia akan berpikir keras untuk mencerna penjelasan ayahnya.” Dengan senyum mengembang, Sekar Mirah menyahut,...
Ki Cendhala Geni segera merendahkan tubuh lalu berguling, ia menjauh dari ancaman pedang yang menebar bau wangi negeri orang mati. Sejurus kemudian, sekali lagi, kedua...
Mentari memantulkan sinar di permukaan laut yang terletak tak jauh dari rawa-rawa. Cahaya merah keemasan tampak bermain di atas gelombang kecil, berkilauan seolah kerlip bintang...
Waktu beranjak seolah semakin lambat ketika matahari menanjak semakin tinggi menuju puncak langit. Pandan Wangi tidak segera bertanya pada Agung Sedayu. Jemari kanan Pandan Wangi...
Keinginan Agung Sedayu pada saat itu pada Sekar Mirah adalah ia dan calon keturunannya dalam keadaan baik. Suatu hari, di masa lalu, Agung Sedayu pernah...
Kehebatan tempur prajurit ditambah kekuatan Bondan menjadikan kawanan Laksa Jaya mulai terpojok. Bentak keras Ubandhana menjadi awal terjangan dalam menghadang Bondan. Meskipun Ubandhana menyimpan rasa...
Arus serangan Ki Cendhala Geni, yang dipenuhi corak baru yang berkembang dari tatanan dasar olah geraknya, telah menjadi tekanan berat. Ken Banawa lambat laun terdesak...