Lalu Toh Kuning segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan bersama Gubah Baleman. Mereka berdua akan mendatangi tempat yang khusus untuk menerima prajurit baru. Setelah menyampaikan sejumlah pesan pada lurah prajurit yang akan berjaga di padepokan, Gubah Baleman memerintahkan Ki Lurah Trowani untuk pergi ke kotaraja melaporkan perkembangan yang terjadi di Padepokan Waringin Kelabang.
Maka orang-oran Kediri segera terikat dengan tanggung jawab masing-masing. Toh Kuning yang disertai Gubah Baleman lantas meninggalkan padepokan. Keduanya berkuda meniti jalan ke arah tempat pendadaran prajurit baru yang terletak di lereng sebelah barat Arjuna.
Gubah Baleman banyak memberikan petunjuk pada Toh Kuning mengenai rincian tanggung jawab seorang prajurit. Ia mengatakan banyak hal termasuk keputusan raja dan segala akibatnya. Sesekali mereka berhenti agak lama di pedukuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang semestinya dilakukan prajurit.
Di waktu lain mereka terlibat dalam kegiatan untuk menegakkan keamanan sebuah pedukuhan atau kabuyutan. Toh Kuning dengan cermat mengingat setiap pengajaran Gubah Baleman dengan goresan-goresan kuat dalam benaknya. Dengan demikian perjalanan itu akhirnya menjadi lebih lambat dari semestinya.
Akhirnya mereka tiba di tempat yang dijaga ketat dan terletak di tengah hutan yang cukup rapat dengan pohon-pohon yang sangat besar. Tidak mudah melewati jalanan menuju barak pendadaran calon prajurit. Akar-akar pohon terlihat membujur lintang di sepanjang jalan setapak yang tidak mudah dilalui. Keadaan hutan yang rapat dan lebat telah menjadi penghalang tersendiri bagi mereka yang ingin menerobos masuk.
Demikianlah suasana hutan ketika dua orang itu berjalan sambil menuntun kuda menuju pintu gerbang lalu mengetuknya. Sejenak kemudian pintu gerbang terbuka sedikit dan seorang prajurit keluar menemui mereka.
“Ki Rangga?” bertanya prajurit yang bertugas menjaga pintu gerbang.
Gubah Baleman tersenyum lalu mengenalkan Toh Kuning padanya. Lalu ia bertanya, ”Apakah kami diizinkan masuk?”
Penjaga gerbang itu mengangguk lalu berkata, ”Tentu saja Ki Rangga. Meskipun saya terkejut dengan kedatangan Anda tanpa pemberitahuan, tetapi pasti akan melegakan kami yang berada di barak ini.”
Gubah Baleman menyahut, “Terima kasih.”
Lalu ia dan Toh Kuning melangkah memasuki barak. Toh Kuning melihat bagian dalam barak. Sebaris dinding batu setinggi dada orang dewasa, lalu deretan kayu berjajar rapi dan kokoh tertanam kuat di atas dinding batu.
“Luar biasa!” desis Toh Kuning kagum,
Prajurit jaga itu mendengarnya kemudian tersenyum lalu katanya, ”Sesuatu yang luar biasa akan segera kau alami lalu kau akan mere-ngek meminta pulang.”
Toh Kuning menggelengkan kepala lalu, ”Aku akan berbuat sebaik-baiknya.“
Penjaga gerbang mengerutkan keningnya mendengar jawaban Toh Kuning yang tegas dan penuh percaya diri.
Dan tatkala sinar matahari mulai mengangkat embun dan dedaunan yang basah berkilau tertimpa cahayanya, Toh Kuning dan Gubah Baleman telah berada di dalam bilik khusus Ki Tumenggung Lembu Pitungan.
“Aku telah lama menunggu kedatangan kalian,” berkata Lembu Pitungan. Ia menatap tajam Toh Kuning lalu lanjutnya, ”Aku telah menerima pesan dari Begawan Bidaran sebelum Ki Rangga Gubah Baleman datang di padepokan. Aku kira aku tidak perlu mengulangi isi pesan itu karena segala hal telah jelas.”
Lembu Pitungan melihat kepada Gubah Baleman, ”Ki Rangga, aku ingin bertanya, apakah kehadiran Toh Kuning di dalam barak ini tidak akan menimbulkan keresahan?”
Gubah Baleman tersenyum padanya, lalu berkata, ”Saya yakin ia akan dapat menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Lingkungan prajurit adalah sesuatu yang baru baginya tetapi kehidupan di barak tidak jauh berbeda dengan padepokan.” Lalu ia menoleh pada Toh Kuning, ”Setiap kesalahan akan menimbulkan kesan yang berbeda untuk setiap perjumpaan yang baru. Mungkin kau adalah prajurit muda tetapi kepandaianmu sudah sedemikian tinggi, jadi, aku harap kau benar-benar mampu mengamati keadaan dan hatimu sendiri.”
“Dari mana kau mendapat keyakinan seperti itu, Ki Rangga?” Ki Tumenggung Lembu Pitungan bertanya dengan dahi berkerut heran.
“Saya mengenal gurunya dan saya telah memburu anak ini sejak lama. Sehingga dapatlah saya katakan bahwa saya mengenal perkembangan anak ini seperti mengenal anak sendiri,” jawab Gubah Baleman.