SuaraKawan.com
Bab 6 Lembah Merbabu

Lembah Merbabu 7

Pangeran Parikesit memandang Adipati Hadiwijaya dengan seksama. Ia seperti ingin membaca isi hati  lelaki yang masih berusaha untuk tenang.  Sesaat kemudian ia berpaling kepada Kidang Tlangkas, lalu katanya, ”Apakah kau mempunyai keberanian bercerita di depan ayah Pangeran Benawa?”

Dada Kidang Tlangkas berdesir dan jantungnya berguncang. Ia tidak menyangka Pangeran Parikesit akan memintanya menuturkan perjalanannya menjelajah lereng Merbabu dan Merapi. “Ah! Apakah ada jalan untuk melarikan diri dari ruangan ini? Andaikata tidak, semoga beliau tidak berada sangat dekat denganku.” Harap dan cemas berbaur dalam hati Kidang Tlangkas. Dan benarlah perkiraan Kidang Tlangkas, penguasa Pajang itu kemudian bangkit dan berjalan mendekatinya. Tidak cukup dekat, hanya tiga atau empat langkah dari tempat Kidang Tlangkas berdiri.

Kidang Tlangkas merasa tubuhnya menjadi beku. Lidahnya terasa kelu namun kemudian ia mendengar Ki Buyut Mimbasara berkata lirih, ”Aku percaya padamu, Ngger. Tentu Pangeran Parikesit tidak akan memintamu melakukan perbuatan yang membahayakan Pangeran Benawa, meskipun beliau sering memerintahkanmu untuk mengajak Pangeran Benawa memasuki hutan. Bahkan aku tahu kau tidak akan mampu menyakiti Wayah Pangeran.”

“Kidang Tlangkas, aku minta kau tidak menjadikan keadaaan ini semakin sulit dimengerti. Keterangan darimu akan membantu cucuku dapat kembali ke Pajang secepatnya,” perintah Ki Getas Pendawa.

Sebenarnyalah Kidang Tlangkas tidak mengerti alasan Pangeran Parikesit yang memintanya untuk menjelaskan rencana yang disusun Pangeran Parikesit sendiri.

“Bukankah akan lebih mudah jika Pangeran Parikesit yang menjelaskan pada semua orang,” gumam Kidang Tlangkas dalam hati.

Seperti mengetahui jalan pikiran Kidang Tlangkas, Pangeran Parikesit menarik napas. “Apakah kau benar-benar tidak ingin bercerita, Kidang Tlangkas?”

Pertanyaan Pangeran Parikesit benar-benar membingungkan anak muda yang tumbuh besar dalam lingkungan rumah Pangeran Parikesit itu. Dan waktu itu memang Kidang Tlangkas merasa seperti terombang-ambing oleh sikap Pangeran Parikesit,  namun ia menyadari bahwa Pangeran Parikesit mempunyai alasan kuat untuk mendorongnya bercerita. Meski begitu, Kidang Tlangkas menjadi gemas dalam hatinya.

Tidak,” ia menjawab kemudian.

Setelah meminta Adipati Pajang kembali duduk, Pangeran Parikesit berkata pada Kidang Tlangkas, ”Aku tidak memintamu mengambil alih tanggung jawabku. Aku ingin mengajarkanmu tentang bagaimana kau melindungi Wayah Pangeran ketika kami semua telah tiada. Namun aku melihatmu dalam keraguan dan ketakutan. Sedangkan kau mengerti bahwa tidak ada seorang pun di tempat ini akan membunuhmu hanya karena kau bercerita tentang perjalananmu dan menyampaikan  rencanaku.”

KidangTlangkas mengerutkan keningnya lalu mengakui dalam hatinya bahwa ia benar-benar berada dalam keadaan seperti yang dikatakan oleh Pangeran Parikesit. Kemudian dengan suara putus-putus, Kidang Tlangkas berkata, ”Saya akan menceritakan semuanya, Pangeran.”

“Baik,” sahut Pangeran Parikesit sambil mengangguk.

Kemudian Kidang Tlangkas menuturkan dari keadaan awal ketika menerima perintah dari Pangeran Parikesit. Adipati Hadiwijaya menjadi kagum dengan kecerdasan nalar Kidang Tlangkas yang nyaris tidak melewatkan satu bagian perjalanannya. Bahkan ia sesekali menggelengkan kepala ketika Kidang Tlangkas dengan cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Ki Kebo Kenangan dan Ki Getas Pendawa.

Ketika itu, Pangeran Parikesit merasa bersyukur bahwa Kidang Tlangkas telah berkembang sesuai dengan harapannya.

Setelah Kidang Tlangkas mengakhiri kisahnya, maka Adipati Hadiwijaya berkata padanya, ”Kidang Tlangkas, aku baru menyadari bahwa ternyata kau adalah sebutir mutiara yang tersimpan. Kau mempunyai kecerdasan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk menunjang Pajang. Dan tentu saja, Jaka Wening akan lebih membutuhkan dirimu jika masanya telah tiba. Oleh karena itu, aku harus berterima kasih padamu dan aku ingin berpesan padamu untuk tidak berhenti mengembangkan semua yang ada dalam dirimu. Aku yakin kau pasti akan melakukannya. Bila kau enggan melakukannya untuk Pajang, maka lakukan itu untuk Pangeran Benawa.”

Related posts

Sampai Jumpa, Ken Arok! 23

Ki Banjar Asman

Panarukan 15

Ki Banjar Asman

Bulan Telanjang 11

Ki Banjar Asman