Pangeran Parikesit yang menyadari perubahan arah dari pengejar Adipati kemudian melayang deras di belakang Ki Gurasan. Tiba-tiba desir angin terdengar menyambar dari arah pelipis kanannya. Dengan sigap Pangeran Parikesit mengelak dengan sedikit menggoyangkan kepala tanpa mengurangi kecepatannya mengejar Ki Gurasan. Dari punggung kuda, Pangeran Parikesit meluncur deras melebih kecepatan Ki Gurasan yang mendatanginya dengan terjangan dahsyat. Kedua orang ini tak dapat lagi mengelak dari benturan yang sangat keras.
Pangeran Parikesit yang terdorong ke samping dapat segera menguasai keseimbangan, sementara orang yang belum dikenalinya itu bergulingan lalu meloncat berdiri.
“Batara Keling!” seru Pangeran Parikesit kala mengenali orang yang berusaha menghadangnya dengan kekuatan seperti puluhan ekor kerbau yang marah.
“Tidak salah kau melihat, kawan!” kata Batara Keling yang bertubuh lebih kecil dari Pangeran Parikesit namun ilmu dan namanya sangat disegani di tlatah Demak hingga pesisir timur.
“Apakah aku sedang menghadapi seorang patih Demak?” bertanya Pangeran Parikesit lalu menyindirnya dengan memberi hormat. Pangeran Parikesit tidak pernah melupakan orang yang telah menyalakan api kekacauan di sekitar lereng Lawu hingga Gunung Wilis.
Batara Keling adalah kekuatan penting yang meniupkan ketakutan serta kegelisahan pada penduduk di sekitar dua gunung itu dengan menyebarkan berita kematian Raden Fatah. Tetapi, di saat yang bersamaan, ia memerintahkan pengikutnya untuk menyebaran berita bahwa Prabu Brawijaya terbunuh oleh tangan Raden Fatah. Dan kekacauan itu dimanfaatkan begitu sempurna oleh Batara Keling untuk mengambil keuntungan dengan menjarah serta menguasai harta benda penduduk.
Geram hati Batara Keling mendengar nada ejekan dari Pangeran Parikesit. Ia tidak ingin membuang waktu seperti yang pernah dilakukannya di masa lalu. Maka sejenak kemudian ia mulai menghimpun seluruh tenaga inti yang dimilikinya dan berniat merobohkan Pangeran Parikesit dalam satu gebrakan. Puluhan tahun telah berlalu dan ia yakin dengan kekuatan dan latihannya selama ini, ia akan mampu membunuh paman dari Ki Kebo Kenanga.
“Lakukan yang kau inginkan, Pangeran Terbuang!” desis Batara Keling. “Kau tidak akan dapat bernapas lagi sebelum gelap semakin buta.”
“Aku akan katakan padamu supaya kau dapat menjadi lega setelah berpisah dengan jasadmu. Aku akan membersihkan nama keluargaku,” tenang berkata Pangeran Parikesit.
“Kau telah terbuang, Pangeran! Kakakmu tidak menyisakan kedudukan bagimu, bahkan ayahmu tidak memberi pesan apa pun untukmu!”
“Selama aku hidup memang tidak ada yang lebih berbahaya dari dua wajah yang berbeda, kau tentu tahu itu, Batara Keling. Dan sekarang kau katakan hal buruk mengenai ramanda Prabu, sementara pada masa yang lewat kau berkata padaku tentang segala hal kebaikan ramanda untuk pengampunan dari kerabatku.”
“Pangeran Buangan, kau juga tahu betapa penting arti sebuah kehidupan yang, bahkan, Sang Mahadewa pun tidak ingin melihat pembunuhan,” kata Batara Keling dengan dua lengan terangkat. Ia melanjutkan kemudian, ”Satu pengampunan darimu bukanlah perbuatan yang dapat dibanggakan. Kau bebaskan aku dari kematian karena Sang Mahadewa memang menghendaki itu terjadi. Dan kau dapat saksikan sekarang bahwa aku adalah manusia yang Ia kasihi, Pangeran.”
“ Melihatmu dapat berkata dengan lancar dan masih berjalan tegak tak ubahnya melihat mayat yang berjalan. Mungkin Tuhan mempunyai tujuan lain tetapi itu bukan karena Ia mengasihimu.” Pangeran Parikesit masih mampu memegang kendali perasaannya.
Tiba-tiba Pangeran Parikesit bergeser dua – tiga langkah ketika Batara Keling secara mendadak menggebrak dengan kekuatan dahsyat. Terdengar Batara Keling menggeram marah ketika serangannya hanya menerjang tempat kosong. Pangeran Parikesit belum menampakkan keinginan untuk membalas serangan Batara Keling. Ia masih berdiri tenang dalam keadaan siaga saat lawannya kembali mempersiapkan diri menyerang.
Sekejap kemudian, bayangan tubuh Batara Keling telah hilang dari penglihatan. Gerakan yang ia lakukan sangat cepat dan mengeluarkan suara berdengung seperti lebah. Kibasan kedua tangan Batara Keling yang melepaskan angin panas mampu menggetarkan batang-batang pohon yang berada di dekat lingkar pertarungannya dengan Pangeran Parikesit. Menyadari kemampuan lawannya yang tinggi, Pangeran Parikesit meningkatkan kemampuannya selapis demi selapis mengimbangi kekuatan Batara Keling.