SuaraKawan.com
Bab 14 Pertempuran Hari Pertama

Pertempuran Hari Pertama 2

Dalam sekejap Ki Cendhala Geni kemudian melenting dan jungkir balik di udara mendekati dinding api dan sebelum kakinya menginjak tanah, kapaknya berputar-putar seperti baling-baling mengibaskan api yang menjadi penghalangnya. Bara api pun berhamburan menerjang barisan dan menimbulkan kekacauan pada bagian depan. Jerit kesakitan dan kepanikan segera menerpa barisan depan pasukan Sumur Welut. Dinding api tampak seperti berlubang dan menjadi celah sebagai jalan masuk pasukan Ki Sentot untuk menerobos barisan Sumur Welut. Namun mereka masih menunggu perintah dari Ki Gede Pulasari, maka mereka makin terpana menyaksikan Ki Cendhala Geni membuka celah menjadi lebih lebar.

Sebelum mata berkedip untuk kedua kali, Ki Cendhala Geni telah menerjang barisan depan pasukan Sumur Welut. Kapaknya yang berputar-putar sangat cepat telah melemparkan beberapa orang untuk menemui kematian. Tidak sedikit yang mengalami luka-luka ketika mencoba untuk menghalangi gerak Ki Cendhala Geni. Barisan yang mulanya rapat dalam susunan perang kini menjadi kocar kacir akibat terjangan badai yang dilepas  oleh Ki Cendhala Geni.

Ketika Ken Banawa mendengar sorak sorai dan tepuk tangan dari pihak lawan, maka berbagai dugaan muncul dalam benaknya. Tak lama kemudian ia melihat bara api menerjang barisan depan pasukannya. Kekacauan pun melanda para prajuritnya dan menjadi tidak terkendali ketika ada bayangan meluncur cepat, menerjang pasukannya, lalu membawa angin prahara.

“Panggil Bondan!” teriak Ken Banawa kepada petugas penghubung yang berada di dekatnya seraya menoleh sayap selatan, tempat Bondan berada.

“Baik, Senapati,” sahut petugas, sekejap kemudian ia menghentak lambung kuda lalu berderap memotong barisan Sumur Welut.

Sebelum Ken Banawa mengatupkan bibirnya, sekelebat bayangan meluncur deras melintas di atas nya. Seorang lelaki berpakaian hijau dengan ikat kepala lurik melesat menghampiri Ki Cendhala Geni.

Dentang senjata yang bertumbuk sangat keras pun menggema!

Sewaktu Bondan melihat bara api berhamburan, ia sudah memperkirakan ada seseorang atau beberapa orang akan menerjang masuk melalui celah yang terbuka. Tanpa menunggu perintah Ken Banawa selaku senapati utama, ia memutuskan untuk menutup jalur api. Saat tubuhnya masih melayang deras di udara, Bondan telah mencabut kerisnya dan melabrak sepenuh tenaga.

Pendengaran tajam Ki Cendhala Geni menangkap serangan yang datang dengan kekuatan besar. Tanpa perduli dengan keadaan sekitarnya, kapak besar miliknya berputar sepenuh daya menyambut Bondan.

Kedua senjata berbenturan sangat dahsyat.

Mereka terlontar surut beberapa langkah. Tanpa diperintah, barisan orang-orang yang akan bertempur pun menepi. Mereka seolah diperintah oleh suara tanpa wujud untuk membuat lingkaran. Orang-orang tanpa sengaja telah memberi tempat bertarung bagi kedua orang berilmu tinggi ini.

Seketika kaki Bondan menginjak tanah, tubuhnya kembali meluncur deras menerjang Ki Cendhala Geni. Keris Bondan meliuk-liuk menyengat, sesekali mematuk dan melakukan rangkaian tebasan yang berbahaya. Ki Cendhala Geni tidak menyangka bahwa Bondan dapat mengulang serangan yang sangat cepat. Keris Bondan seolah menjadi ratusan jumlahnya, untuk kemudian Ki Cendhala Geni susut ke  belakang beberapa langkah.

“Kadal kurap! Engkau sungguh gila,” kata Ki Cendhala Geni ketika jarak serangan Bondan telah terbatasi.

“Tidak lebih gila darimu!” desis Bondan.

“Ya. Kegilaan yang akan membunuh pasukanmu sehamparan tebasan parang,” kata Ki Cendhala Geni seraya mengusap kedua sisi tajam mata kapaknya.

“Semua orang?“

“Ya. Semua orang termasuk anak dan perempuannya.”

“Engkau orang macam apa yang yakin melakukannnya?”

Tidak ada jawaban dari Ki Cendhala Geni karena dendam pada orang-orang Majapahit telah membuatnya beku. Bondan adalah orang pertama yang harus dituntaskan terlebih dahulu olehnya. Ia berlekas menyerang dengan dahsyat.  Pusaran kapak melanda pertahanan Bondan dari segala arah bagaikan prahara topan saat musim hujan. Bondan segera merasakan tekanan hebat dari serangan Ki Cendhala Geni. Menurut penilaian Bondan, sesungguhnya orang yang berkelahi dengannya telah mengalami peningkatan sejak pertempuran yang terakhir kali.

Kemampuan Bondan pun juga mengejutkan Ki Cendhala Geni. Betapa dalam waktu yang cukup singkat, tataran ilmu Bondan telah meningkat berlipat. Keris dalam genggaman Bondan menjadi lebih berbahaya. Keris itu berputar-putar seperti perisai yang menangkal setiap serangan kapak. Dan dalam sekejap telah berubah menjadi ujung yang dapat menyengat dalam hentakan yang tiba-tiba.

Related posts

Merebut Mataram 43

Redaksi Surabaya

Sampai Jumpa, Ken Arok! 11

Ki Banjar Asman

Kiai Plered 63 – Gondang Wates

Ki Banjar Asman