SuaraKawan.com
Bab 5 Berhitung

Berhitung 13

“Kakang,” Ki Getas Pendawa mencoba menghibur kerabatnya yang berusia tidak terpaut jauh dengannya, ”Saya dapat pastikan bahwa Pangeran Parikesit akan mengerahkan seluruh yang ia miliki untuk menemukan Pangeran Benawa. Namun yang saya risaukan adalah beliau akan kehilangan pengamatan dalam dirinya.”

“Paman Parikesit adalah orang yang telah sangat mendalam,  terutama mengenali dirinya sendiri,” kata Ki Buyut Mimbasara.

Ki Getas Pendawa mengangguk. Katanya kemudian, ”Tetapi kita juga paham bahwa beliau akan menjungkirbalik Merbabu demi cucunya.”

Ki Buyut Mimbasara menarik napas dalam-dalam dan membenarkan kata-kata Ki Getas Pendawa. Ia bergumam kemudian, ”Dan itu bukan pekerjaan yang sulit bagi beliau.” Sejenak kemudian ia bangkit berdiri. Katanya, ”Aku kira angger Tanur telah dapat menenangkan dirinya, harapanku adalah perawatan padanya semalam akan mampu menunjang keinginannya untuk menjelaskan kepada kita.”

Kemudian dua orang berilmu tinggi dan berwawasan luas itu mengayun langkah menuju pondok kecil, tempat Kang Tanur ditempatkan.

“Bagaimana keadaanmu?” bertanya Ki Buyut sambil merendahkan tubuh.

Kang Tanur membalas pertanyaan itu dengan senyum dan mengedipkan mata. Ia meringis kesakitan ketika mencoba untuk duduk.

“Tetaplah berbaring,” kata Ki Buyut kemudian, ”kau harus dapat menenangkan diri, Tanur.”

Kang Tanur mengangguk pelan.

“Apakah kau dapat berbicara? Walau sedikit?” bertanya Ki Getas Pendawa lalu ia menoleh pada Ki Buyut. Ki Buyut mengangguk pelan. Kang Tanur mengangguk sambil tetap berusaha menahan rasa sakit yang mendera bagian dalam tubuhnya.

“Aku mendengarmu menyebut satu nama, Kiai Rontek. Benarkah?” bertanya Ki Buyut.

Pada saat itu Ki Getas Pendawa beringsut maju lalu memegang kedua telapak kaki Kang Tanur. Sesaat kemudian aliran tenaga inti Ki Getas Pendawa merambat memasuki pembuluh darah hingga bagian dada. Terasa oleh Kang Tanur udara hangat menerobos, melonggarkan setiap pembuluh darah dan mengendurkan simpul otot sehingga tubuhnya bergetar. Tiba-tiba angin dingin seperti mengusir udara hangat yang sedang bekerja di dalam tubuhnya. Wajah Kang Tanur yang sebelumnya seperti tak teraliri darah pun berubah terlihat lebih segar. Sebenarnya Ki Getas Pendawa sedang mengobati bagian dalam tubuh Kang Tanur dengan tenaga inti yang mempunyai dua watak yang berbeda.

Demikianlah kemudian peluh bergulir menuruni kening Ki Getas Pendawa yang bergaris banyak. Garis yang membujur lintang itu seperti sebuah lukisan dari pejalanan panjang hidupnya. Setiap kerut yang terlihat padanya menyimpan satu makna yang dalam. Ki Getas Pendawa mengalami peralihan tahta dari Majapahit pada Demak. Ia juga menjadi salah satu orang yang bersinggungan dengan banyak kejadian dalam lingkar kekuasaan di Demak.

Sejenak kemudian, Ki Getas Pendawa menarik kedua telapak tangannya. Ia menarik napas lega melihat perubahan yang terjadi pada Kang Tanur.

Dalam waktu itu, Kang Tanur seperti memperoleh tenaga baru. Lambat laun ia mulai dapat menggerakkan lebih banyak anggota tubuhnya. Dengan dibantu seorang cantrik muda, ia mencoba duduk diatas pembaringan dan bersandar pada dinding papan. Setelah beberapa saat ia mencoba mengingat kembali perjalanannya di masa lalu bersama Kiai Rontek, Kang Tanur lalu berkata, ”Benar, Ki Buyut. Bahkan saya mengenalnya untuk masa yang cukup lama.”

Dahi Ki Buyut Mimbasara berkerut mendengar ucapan Kang Tanur. Lalu katanya, ”Ceritakanlah atau mungkin kau pernah menceritakan itu padaku, tetapi aku membutuhkan seseorang untuk dapat mengerti letak persoalan ini.”

Kang Tanur menarik napas dalam-dalam. Ia akan mengatakan yang ia ketahui tentang Kiai Rontek. Memang sedikit rasa khawatir mendatangi hatinya, namun Kang Tanur telah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Pangeran Benawa lebih dari yang ia miliki. Oleh karenanya,  Kang Tanur telah bersiap dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Sesaat Kang Tanur menatap mata dua orang Pajang yang mempunyai ketinggian ilmu melebihi Adipati Pajang, kemudian, ”Kiai berdua, saya harap keterangan yang akan saya utarakan,  akhirnya dapat membuat penyebab penculikan menjadi jelas.”

Ki Buyut Mimbasara bergantian memandang dengan Ki Getas Pendawa, lalu keduanya mengangguk. Kemudian Kang Tanur menceritakan awal perkenalannya dengan Kiai Rontek.

“Perhitungan yang jarang tepat sasaran, tetapi Kiai Rontek cukup teliti mengamati suasana. Meski hasilnya seringkali tidak sesuai dengan harapannya,” gumam Ki Buyut Mimbasara dalam hatinya.

Related posts

Bulak Banteng 6

Ki Banjar Asman

Nir Wuk Tanpa Jalu 2

kibanjarasman

Kiai Plered 14 – Pedukuhan Janti

Ki Banjar Asman