SuaraKawan.com
Bab 2 Sampai Jumpa, Ken Arok!

Sampai Jumpa, Ken Arok! 2

Sepeninggal kedua anak muda yang mengajaknya untuk menghadang Mahendra, Ki Ranu Welang melangkah menuju halaman belakang rumahnya. Di atas halaman itu, berdiri sebuah rumah panggung yang memanjang dan bilik-biliknya nampak teratur rapi. Agaknya Ki Ranu Welang adalah orang yang menyukai kebersihan dan termasuk orang yang rapi. Ia kemudian mengumpulkan anak buahnya dan membeberkan rencana Toh Kuning dan Ken Arok. Anak buah Ki Ranu Welang menyambutnya gembira dengan sorak sorai yang membahana.

Dalam perjalanan pulang, Toh Kuning memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi. Ia mengingat kembali pergumulan sebelumnya dengan orang-orang yang ia jumpai dalam hidupnya hingga ia berada di Padepokan Cakra Sungsang dan menjadi murid pilihan Begawan Purna Bidaran. Ia ingin Ken Arok tidak terlibat terlalu jauh seperti dirinya di masa lampau. Sehingga ketika mereka hampir memasuki regol halaman padepokan, Toh Kuning tiba-tiba menghentikan langkah dan memegang pundak Ken Arok. Keduanya kini saling berhadapan.

“Aku akan bermalam di tepi telaga kecil di Alas Kawitan,” kata Toh Kuning pelan.

Ken Arok mengerutkan dahinya. Katanya, ”Itu bukan termasuk rencana yang kau katakan pada Ki Ranu Welang.”

Toh Kuning mengangguk pelan. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata, ”Bukankah kau belum percaya sepenuhnya dengan Ki Ranu Welang? Jadi, aku pikir bermalam dengan mereka di tepi telaga akan dapat mempengaruhi jiwa mereka dan mungkin aku dapat mengetahui rencana Ki Ranu apabila ia berjalan tidak sesuai kesepakatan.”

Di bawah sinar rembulan yang terang dan langit yang cerah tanpa mendung, Ken Arok menatap wajah Toh Kuning.

“Ken Arok, kau telah melakukan pekerjaan yang baik. Kita berdua melakukan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan orang lain. Kita selalu membagi hasil rampasan pada orang-orang yang tinggal jauh di pedalaman. Tanpa meninggalkan latihan dan tuntunan guru, kita melakukan dua pekerjaan yang tentu Guru akan bangga bila ia mengetahui pekerjaan itu,” berkata Toh Kuning. Kemudian, ”Berapa banyak rumah yang kau bangun kembali dengan kepingan emas yang kita ambil dari para pedagang? Bahkan kau adalah pemuda yang mampu berbuat di luar kewarasan dengan mencuri upeti untuk Sri Baginda Kertajaya.” Lalu Toh Kuning mengulang kisah perjalanan mereka saat bermalam di banjar kabuyutan di daerah Tumapel. Ken Arok tersenyum ketika ia teringat saat seorang prajurit ronda menangkap basah mereka berdua.

Keduanya tanpa sadar menengadah ke langit. Kata Ken Arok, ”Malam belum terlalu dalam berjalan. Baiklah, aku kira aku tidak akan dapat mencegahmu untuk bermalam bersama pengikut Ki Ranu Welang. Aku akan katakan pada guru jika kau masih menjalankan lelaku di sungai kecil yang berada di ujung selatan Jalur Banengan.”

Toh Kuning mengangguk kemudian memutar badan lalu berlari cepat menembus kegelapan, lalu  mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya. Toh Kuning menaiki sebuah bukit yang jarang ditumbuhi pohon dan ketika ia telah berada di atasnya maka ia dapat melihat cahaya yang berasal dari iring-iringan prajurit yang meronda di beberapa tempat. “Perondaan yang cukup rapat dan sulit ditembus. Aku dapat bersembunyi di antara rerimbun semak dan mungkin aku dapat mengambil jarak yang cukup dekat dengan mereka.”

Setelah memperkirakan waktu yang ada, Toh Kuning melesat turun mendekati sebuah gardu penjagaan. Satu dua prajurit bersenjata dan kuda yang tertambat dapat menjadi bahan bagi Toh Kuning untuk berhitung tentang kecepatan prajurit untuk menempuh perjalanan menuju Alas Kawitan.

“Mahesa Wunelang benar-benar memerintahkan pasukannya untuk bersiaga penuh,” desis Toh Kuning dalam hati. “Ia telah berhitung dengan segala akibat dan mungkin kerugian yang timbul apabila ia sedikit memberi kelapangan. Tentu saja, kelonggaran adalah jalan kami untuk menjadi orang yang kenyang.” Ia beringsut surut dan meninggalkan Jalur Banengan menuju Alas Kawitan.

Pohon-pohon yang tumbuh di Alas Kawitan merupakan pohon yang khusus ditanam untuk keperluan persenjataan. Anak panah dan tombak banyak menggunakan batang kayu yang tumbuh di Alas Kawitan, karena itu pihak kerajaan telah mengukur jarak antar pohon dan menyiapkan bangunan-bangunan sebagai gudang persediaan.

Related posts

Kiai Plered 21 – Pedukuhan Janti

Ki Banjar Asman

Lembah Merbabu 8

Ki Banjar Asman

Sabuk Inten 8

Redaksi Surabaya