SuaraKawan.com
Bab 4 Perwira

Perwira 5

“Mungkin tidak hanya bicara saja, Jerabang,” jawab Toh Kuning kemudian, ”bila perlu, kita akan turut bergabung dalam kelompok mereka.” Ia merenung sejenak. Lalu ia berpaling pada Jerabang, ”Aku kira kita dapat sepenuhnya menjadi bagian dari mereka untuk sebuah jawaban apabila mereka patut dicurigai.”

“Aku tidak berkeberatan, Toh Kuning,” sahut Jerabang..

Keduanya lantas berjalan mendekati kelompok orang berpakaian biru hitam tanpa melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatian mereka. Toh Kuning dan Jerabang menyadari suatu kemungkinan buruk apabila mereka harus bergabung dengan kelompok itu. Dan itu adalah mereka akan bentrok dengan prajurit Kediri. Keduanya telah paham dengan akibat yang mungkin saja dapat terjadi apabila kelompok itu ternyata tidak terlibat dalam peristiwa bukit Katu.

Rombongan itu kemudian berhenti dan memasuki kedai besar yang terletak dekat simpang empat. Toh Kuning dan Jerabang lantas berhenti dari tempat yang sedikit jauh dari kedai. Toh Kuning kemudian menyampaikan rencananya secara teliti pada Jerabang. Toh Kuning yang mengenali lingkungan pedukuhan. Teman karib Ken Arok, yang kini berpangkat perwira pratama, itu memberikan keterangan-keterangan yang sekiranya diperlukan oleh Jerabang untuk menyelamatkan diri apabila perkembangan menjurus bahaya. Kedua prajurit khusus dari Selakurung kemudian memasuki kedai  dengan sikap biasa saja.

Lalu mereka telah berada di dalam kedai, terlihat oleh mereka bahwa rombongan berpakaian biru hitam itu duduk berkelompok saling berdekatan. Tidak lama setelah mereka berada dalam kedai, para pengunjung lainnya melangkah keluar kedai dengan terburu-buru. Agaknya mereka mengenali kelompok yang berjumlah cukup besar itu sebagai sekumpulan orang yang selalu berusaha memancing keributan. Meski begitu orang-orang yang berada dalam kelompok tidak terlihat membuat kekacauan di dalam kedai. Sementara ketiga orang yang agaknya menjadi pemimpin mereka mengambil tempat yang terpisah dari pengikutnya dan bersikap sangat tenang.

Toh Kuning lantas mengambil tempat duduk yang berjarak dua meja dari pemimpin kelompok.

Para pelayan kedai lalu terikat dalam tanggung jawab mereka untuk melayani pesanan makanan dan minuman para anggota kelompok yang nampak asing di mata mereka. Pemilik kedai juga terlihat membantu para pekerjanya untuk melayani keperluan pengunjung baru mereka. Sementara Toh Kuning pun telah memesan makanan dan minuman bagi mereka berdua. Setelah menunggu beberapa waktu lamanya, hidangan pun tersaji di atas meja masing-masing.

Sekali-kali ketiga pemimpin kelompok itu melempar tatap mata curiga pada Toh Kuning dan Jerabang. Meskipun tahu apabila mereka sedang diawasi, namun Toh Kuning dan Jerabang tetap bersikap biasa saja. Keduanya cukup mampu menahan diri agar tidak melakukan perbuatan yang mencurigakan.

“Apakah kau melihat kedua orang yang mengambil meja di belakang?” bertanya seorang  dari mereka.

“Ya,” jawab seorang kawannya, ”mereka seperti orang-orang lainnya.”

“Benar, mereka seperti kebanyakan orang lain,” berkata orang pertama lalu, ”hanya saja aku rasanya pernah melihat salah seorang dari mereka berdua.”

Kedua kawannya bertukar pandang dengan dahi berkerut, lalu mereka sekilas memperhatikan gerak gerik Toh Kuning dan Jerabang.

“Di manakah kau bertemu dengan mereka?” tanya orang yang memakai gelang emas di lengan kirinya.

“Bukan mereka tetapi satu dari mereka. Aku tidak dapat mengingatnya dengan pasti di mana kami bertemu,” jawab orang pertama, ”tetapi rasanya, semoga tidak salah,  itu terjadi ketika kelompok kami diserbu di Alas Kawitan.”

“Apakah kau tertangkap waktu itu?” orang bergelang emas itu mendesak.

Related posts

Merebut Mataram 22

Ki Banjar Asman

Kabut di Tengah Malam 1

Ki Banjar Asman

Merebut Mataram 55

Ki Banjar Asman