SuaraKawan.com
Opini - Politik

PDIP dan PBB

Sekarang pembicaraan antara Partai Bulan Bintang dan PDIP semakin inten. Tidak ada pemberitaan luas. Orang anggap PBB partai kecil yang tidak lolos Senayan. Tapi justru partai ini yang lebih mudah berkomunikasi dengan PDIP. Mungkin karena hubungan baik yang sudah terjalin lama antara Yusril Ihza Mahendra dengan Megawati. Maklum Yusril pernah jadi Menteri era Presiden Megawati.

Tapi ada yang menarik tentang Yusril. Saat begitu kencangnya orang meminta agar HTI dibubarkan karena dianggap anti Pancasila. Justru Yusril termasuk yang tidak ikutan bersuara. Dia diam saja. Dan ketika Pemerintah mengeluarkan Perppu Ormas sebagai dasar pembubaran HTI, Yusril tampil membela HTI. Dia gugat pemerintah ke PTUN sampai ke Mahkamah Agung. Saat itu luar biasa orang mem-bully Yusril tapi dia tidak peduli. Tngga ada orang yang bully dia dilaporkan ke polisi. Cuek aja, guys!

Mengapa? Apakah Yusril pendukung HTI atau pendukung paham Khilafah? Tidak. Saya tahu betul paham agama Yusril itu adalah Masyumi yang memang anti khilafah. Jauh sekali perbedaan tafsir antara Masyumi dan HTI. Bahkan dari 9 orang team BPUPKI, dua berasal dari Masyumi. Kalaulah Masyumi itu sepaham dengan khilafah, tidak akan ada Pancasila. Bagi Anda yang lahir era 90an mungkin tidak mengenal aliran Masyumi. Tahun 50an, NU dan Muhammadiah berpolitik lewat Masyumi.

Dulu, Suroto Kartosudarmo yang juga anggota organisasi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) tampil menjadi kuasa Hukum Kartosoewirjo, tokoh Negara Islam Indonesia (NII). Tapi saat G30S PKI, Suroto Kartosudarmo juga tampil menjadi pengacara PKI. Jadi bisa dimaklumi bila Yusril yang juga pendiri PBB ( idiologi Masyumi) membela HTI di PTUN. Apa yang dibela Yusril ? Ya HAM. HAM itu universal. Tidak mengenal batas idioloig. Itulah yang dibelanya. Kalah menang, itu tidak penting.

Problem kita sebagai bangsa ini adalah mudah sekali terbelah karena pemikiran yang berbeda. Setiap perbedaan itu disikapi dengan kebencian satu sama lainnya. Dalam skala kolosal, perbedaan ini merusak segalanya. Rusak semangat gotong royong dan akhirnya yang diuntungkan adalah pihak luar yang ingin menguasai sumber daya negeri ini.

Tidak percaya? Mengapa kita masuk debt trap, lemah dalam hal riset, ketergantungan dengan impor? Itu semua karena kita sibuk bertikai sesama kita. Kita tidak lagi fokus. Sementara tanpa disadari produk legislasi kita memberi ruang kepada asing menggerus national interest kita. Mengapa? Kita bertikai kalau berbeda pendapatan. Selagi pendapatan (uang) sama, maka pendapat juga sama, walau karena mengorbankan national interest.

Yang menjadi concern dari PDIP adalah persatuan. Yusril pula yang diminta Jokowi memberikan telaah untuk pembebasan Abu Bakar Baashir terpidana Seumur Hidup kasus Terorisme. Tapi Yusril juga yang diminta PDIP menjadi pengacara Jokowi-MA dalam kasus sengketa PIlpres 2019 dengan pihak PS-Sandi. Dan tidak aneh bila Jokowi berani terang terangan mendukung Yusril sebagai Capres 2024.

Related posts

Pergantian Panglima TNI

Redaksi Surabaya

Para Zombie Di Balik Layar Negeri Boneka

Redaksi Surabaya

Logika Berpikir Rocky Gerung Tidak Perlu Diperdebatkan

Redaksi Surabaya