Malam semakin muram, saat Bapak menggebrak meja. Ia murka! Matanya membara, suaranya menggelegar mengoyak gendang telingaku. “Siapa yang menyuruhmu mengambil semua ini?” Jari telunjuk itu...
Menjes, ote-ote, dadar jagung, dan semangkuk cabe hijau girang menyapa. Benar. Ternyata tak sampai hitungan menit di dalam sana, lambung semakin bersemangat menabuhkan bunyi-bunyian. Astaga!...
“Mbak, anak-anak sudah sehat?” sebuah tanya darimu, bukan hanya menyentuh kuping tapi juga merobek hati. Tak ada inginku untuk menjawab bahkan sekadar mendongakkan wajahpun enggan....
Baru sembuh dari sakit, tidak serta merta membuatku sehat wal afiat. Namun keharusan mengantar Panglima bertemu dokter, membuat aku harus merasakan kembali napas tersengal sekian...