SuaraKawan.com
Bab 11 Bulak Banteng

Bulak Banteng 7

Keesokan harinya, seorang penjaga regol melaporkan bahwa ada sejumlah orang berkuda sedang berusaha menemui Ken Banawa dan Ki Demang.

“Apakah ia menyebut nama?” tanya Ki Demang pada penjaga itu.

“Tidak, Ki Demang. Mereka semua berpakaian seperti Ki Banawa kecuali satu orang yang masih muda dengan sebuah ikat kepala,” jawab  penjaga.

“Apakah mereka menyebut keperluannya?”

“Ia hanya berkata ingin bertemu dengan Ki Demang dan Ki Banawa.”

“Baiklah. Segera kembalilah ke gardu depan. Tingkatkan kewaspadaan,” perintah Ki Demang.

“Biarkan saya yang menjemput mereka, Ki Demang,” kata Ken Banawa yang baru saja menaiki tangga pendapa.

“Oh, baiklah jika begitu, Ki,” ujar Ki Demang dengan ramah.

Kemudian tampak oleh mereka serombongan orang yang berkuda dengan perlahan dari utara.

“Ki Demang Sumur Welut,” desis Ki Demang Wringin Anom.

“Hmm, baiklah. Ki Demang Sumur Welut telah datang. Saya akan menjemput Ra Caksana dan Bondan agar kita bisa bergegas memulai pembicaraan,” kata Ken Banawa lantas berpamitan pada Ki Demang.

“Silahkan, Tuan Senapati.”

Kemudian di pendapa telah duduk sejumlah orang. Di antaranya adalah Ki Demang Wringin Anom beserta para bebahu, Ki Demang Sumur Welut dan para bebahu, Ken Banawa dan Bondan yang ditemani dua lurah prajurit.

“Apakah yang saya lihat di Bulak Banteng itu boleh disampaikan di depan orang banyak, Paman?” Bondan berbisik pada Ken Banawa yang duduk di sebelahnya.

“Silahkan, Bondan. Agar semua menjadi jelas.”

Kata Bondan kemudian, setelah menyampaikan salam hormat, ”Saya melihat sejumlah pasukan sehamparan tebasan parang dan beberapa ekor gajah. Menurut Ra Caksana, pasukan yang kini sedang berlatih di Bulak Banteng mampu melibas tiga atau empat kademangan sekaligus. Penyebab yang utama adalah kekuatan pasukan gajah.”

Ra Caksana menambahkan keterangan yang didapatkan Bondan dari sejumlah orang yang ditemuinya di pategalan.

“Siapakah mereka, Ki Rangga?” pemimpin Sumur Welut bertanya dengan kepala menunduk. Lalu lintas pikirannya tiba-tiba menjadi sibuk dan dipadati pertanyaan-pertanyaan yang menunggu jawaban.

“Kami belum mengetahui secara pasti siapa dan apa kemauan mereka itu,” Ken Banawa membuka suara, “Ki Demang Sumur Welut harus segera mempersiapkan diri. Dan mungkin Sumur Welut akan mejadi garis pertahanan yang utama jika Ki Demang berkenan.”

Ken Banawa lantas menjabarkan rencananya kepada semua orang yang hadir di pendapa. Ia sengaja berbuat seperti itu untuk mengetahui jika ada di antara orang-orang yang hadir itu menyamar sebagai telik sandi. Ken Banawa sedang menepuk permukaan air untuk memancing buaya muncul dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitar pendapa.

Matahari telah berada sedikit di atas cakrawala, ketika Ken Banawa memerintahkan Ra Caksana untuk mengambil alih tugas-tugasnya. Ken Banawa memandang perlu untuk pergi ke kotaraja agar dapat membicarakan masalah Bulak Banteng lebih mendalam dengan Mpu Nambi.

Related posts

Merebut Mataram 24

Ki Banjar Asman

Merebut Mataram 36

Redaksi Surabaya

Merebut Mataram 40

Redaksi Surabaya