SuaraKawan.com
Sastra Kawan

Tentang Kita dan Hujan

Tentang Kita dan Hujan

Saat hubungan berakhir, bukan berarti orang berhenti saling mencintai  Mereka hanya berhenti saling menyakiti. ( R.A. Kartini )

Aku tertegun membaca kutipan  yang kebetulan lewat di laman media sosialku. Ada yang berdesir dalam dada disertai sebuah tanya, “Bukankah kita seperti itu, Ra?”

Bayanganmu berpadu dengan riuh hujan yang menampar-nampar jendela kamarku. Menghadirkan geletar rindu yang menusuk hati. “Semua masih tentangmu, Ra,” keluhku pilu.

“Kita berpisah, Mas.” Sebuah kalimat yang aku takutkan akhirnya meluncur dari bibirmu.

“Tapi kenapa, Ra?”

“Kenapa katamu, Mas?” ujarmu sengit seraya menepis genggaman tanganku. “Bagaimana mungkin kamu masih bisa tanya kenapa, Mas?” Suaramu serak bercampur isak. Aku tahu kamu terluka, Ra. Meskipun aku tahu kamu perempuan kuat, tapi kali ini aku telah meluluhlantakkan semuanya.

“Maafkan aku, Ra, tapi aku ingin kamu tetap di sini. Aku tidak bisa jauh darimu, Ra.”

“Cukup, Mas! Kamu bisa ucapkan itu di depan Rumi, bukan di depanku!” Matamu menatap nyalang, menyadarkan aku pada sebuah kenyataan bahwa sesudah pengkhianatan itu semua tidak lagi sama. Dan itu salahku. Aku harus menebus kesalahan dengan sangat mahal, kehilanganmu dari hidupku.

Rinai hujan masih riuh terdengar, tapi hatiku kosong dan sunyi.

Kehadiran Rumi ternyata bukan sebuah jawaban.

Untuk rasa rindu yang nyaris tak sanggup aku tahan.

Untuk pedihnya kehilangan dan untuk pahitnya penyesalan.

Rinai hujan masih riuh terdengar.

 

Maospati, 100422

Related posts

Orang-orang Waras

Redaksi Surabaya

Untold Love

Redaksi Surabaya

Senja Januari Dua Dua

Redaksi Surabaya