SuaraKawan.com
Bab 2 Sampai Jumpa, Ken Arok!

Sampai Jumpa, Ken Arok! 22

“Sebuah keinginan yang tidak sepatutnya ada dalam diri seorang raja,” kata Begawan Bidaran lirih.

“Kami tidak dapat mencegahnya, Begawan. Yang dapat kami lakukan hanyalah menghambat keinginan beliau, meskipun kami tahu jika keinginannya tidak dapat dihentikan,” kata Gubah Baleman dengan menarik napas panjang. Kemudian ia berkata lebih lanjut, ”Kami, para prajurit, sebenarnya khawatir jika raja merasa dihalangi lalu ia menghancurkan kami hingga lumat tak tersisa.”

Begawan mendengarkannya lalu menatap wajah para prajurit satu demi satu. Ia dapat melihat kegelisahan dan ketegangan yang menjalari hati mereka. Guru Ken Arok ini kemudian berkata, ”Meskipun kalian khawatir akan dihancurkan, tetapi kalian tidak perlu menakuti para pemimpin perguruan. Para brahmana itu hanya sekedar menjaga kelanggengan pengetahuan. Mereka juga mempunyai tugas yang sama dengan kalian. Sementara perkembangan yang terjadi seperti perbedaan gagasan adalah buah dari pengembangan pengetahuan itu sendiri.”

“Saya dapat memahami persoalan itu, Begawan. Keinginan raja untuk menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu, sejauh yang dapat saya ketahui, seolah telah menjadi tujuan akhir baginya. Hasrat untuk dikenang sebagai dewa nyaris mengubah segalanya.” Gubah Baleman membenahi duduknya kemudian berkata lagi, “Raja tidak pernah peduli. Sebenarnya tidak ada kekurangan yang dapat menjadi kelemahannya. Ia begitu tekun dalam merawat negara ini. Sri Baginda Kertajaya adalah seorang pekerja keras. Setiap segi yang menopang kehidupan telah mendapatkan perhatiannya.”

“Aku memang jarang berkelana dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi aku dapat melihat ia memang menggerakkan setiap orang untuk menjadi lebih maju. Dan aku sendiri tidak dapat menyalahkanmu dan para prajurit lainnya, termasuk Mahesa Wunelang. Aku hanya tidak ingin perguruanku ini terjebak dalam pusaran perbedaan yang meningkat tajam,” ucap Begawan Bidaran yang terlihat sedang berpikir keras seolah bimbang tengah mengusik kedalaman hatinya. Namun ia segera menyingkirkan keraguan itu, lalu dengan penuh keyakinan ia berkata, ”Aku ingin menempatkan seseorang yang aku percaya dapat menjaga Sri Baginda Kertajaya.”

Ia berpaling pada Ki Rangga Gubah Baleman. Sebelum Gubah Baleman membuka bibirnya, Begawan Bidaran cepat melanjutkan, ”Mungkin kau telah mengenalinya. Tetapi aku minta kau memberinya kesempatan yang kedua agar ia dapat memperbaiki akibat-akibat dari kesalahannya di masa lalu.”

Begawan Bidaran menunjuk pada orang yang ia maksud. Ketika Gubah Baleman melihat orang itu maka ia diliputi keheranan. Orang yang dimaksud oleh Begawan Bidaran adalah orang yang menyajikan hidangan bagi mereka.

Lalu orang itu mengangkat wajahnya dan menyibak rambut yang menutupi sebagian wajahnya.

“Toh Kuning!” desis Ki Rangga Gubah Baleman terkejut. Beberapa prajurit juga melihat Toh Kuning penuh tanda tanya.

“Kalian sudah mengenalnya?” bertanya Gubah Baleman.

“Aku pernah melihatnya berkelahi dengan Ki Tumenggung Mahesa Wunelang,” jawab seorang prajurit.

Gubah Baleman memandangi wajah Toh Kuning dengan kening berkerut. Ia belum dapat menanggapi kata-kata Begawan selama beberapa saat.

“Tentu kau mengerti maksudku, Ki Rangga,” kata Begawan.

Gubah Baleman melihat wajah orang tua yang sudah mempunyai warna putih pada alisnya itu tanpa kata-kata.

Begawan Bidaran menganggukkan kepala kemudian, ”Aku akan perintahkan Toh Kuning untuk turut serta dalam barisan prajuritmu sekarang ini. Dan ia akan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Mahesa Wunelang.”

“Apakah aku akan bertemu dengan Mahesa Wunelang?” Dada Toh Kuning berdegup kencang. Toh Kuning merasakan desir dalam dadanya saat mendengar nama Mahesa Wunelang disebut dalam pertemuan itu. Toh Kuning bergantian memandang wajah gurunya dan Gubah Baleman bergantian. Namun ia belum mengerti maksud dari rencana gurunya itu.

“Aku bukan prajurit, lalu mengapa guru menyuruhku mengikuti kelompok prajurit ini?” bertanya Toh Kuning dalam hatinya.

Gubah Baleman menarik nafas lega. Ia telah mengerti rencana Begawan Bidaran lalu ia berpaling pada Toh Kuning dan mengatakan, ”Toh Kuning, kau bernasib malang. Kau adalah murid terbaik Begawan Bidaran. Tetapi saat ini adalah bagian akhir hidupmu untuk melihat wajah gurumu. Kita akan berjumpa Ki Tumenggung Mahesa Wunelang dalam waktu dekat. Mungkin kau akan membalaskan dendam kekalahanmu darinya. Tentu saja, kekuatanmu telah meningkat berlipat-lipat jika dibandingkan pada saat kau dikalahkan olehnya.”

Related posts

Kiai Plered 54 – Gondang Wates

Ki Banjar Asman

Penculikan 17

Ki Banjar Asman

Matahari Majapahit 1

Ki Banjar Asman