SuaraKawan.com
Bab 6 Pengepungan

Pengepungan 3

Ki Arumpaka yang tidak menduga arah gerak Toh Kuning lantas meloncat surut. Namun Toh Kuning terus mengejarnya dengan gerak langkah yang terukur yang seakan-akan menulis aksara di atas tanah. Ki Arumpaka berusaha menghindarkan dirinya agar tidak tersudut oleh gerak langkah lawannya yang ternyata menutup alur serangannya. Ki Arumpaka lantas meningkatkan kecepatannya selapis lebih tinggi namun Toh Kuning masih dapat menguasai keadaan dengan gerakan-gerakan secepat Ki Arumpaka.

Perang tanding keduanya telah berbalik arah. Jika Ki Arumpaka mampu menekan Toh Kuning pada permulaan perkelahian, kini Toh Kuning berada di atas angin. la menambah tekanan selapis demi selapis lebih dahsyat. Keris Toh Kuning berputar-putar berkelebat seperti mempunyai wujud yang sangat banyak. Sambaran angin yang keluar setiap kali kerisnya berkelebat mampu membuat perih kulit lawannya.

Orang-orang yang melihat perang tanding itu menggelengkan kepala karena kagum. Bahkan para prajurit dari pasukan khusus merasa terkejut dengan kepandaian tinggi Toh Kuning, mereka tidak pernah menyaksikan Toh Kuning bertempur dalam tingkat seperti yang ia keluarkan malam itu. Toh Kuning memang tidak pernah menonjolkan kemampuannya saat melakukan latihan bersama di barak pasukan khusus.

Bahkan mereka pun tidak pernah melihat ilmu Toh Kuning yang sulit dimengerti itu pada saat melakukan penyergapan atau penangkapan para gembong penjahat. Tetapi malam ini, para anggota pasukan khusus seperti melihat Toh Kuning bertempur dengan kekuatan seperti dewa.

“Gandrik!” Ki Arumpaka mengumpat lantang ketika sabetan keris Toh Kuning nyaris merobek pangkal lengannya. Seketika itu ia lantas meningkatkan lagi daya tahan tubuhnya hingga batas puncak. Seiring dengan itu, tenaga inti yang panas telah menjalar ke setiap bagian cambuk sehingga hawa panas seringkali menyambar dan menimbulkan rasa panas pada kulit Toh Kuning.

Ketajaman nalar Toh Kuning membuatnya dapat menduga arah gerak lawannya, sehingga Ki Arumpaka masih belum mampu memperluas ruang geraknya. Keris Toh Kuning dan kecepatan geraknya serta kemampuannya membaca arah gerakan lawan benar-benar menghimpit Ki Arumpaka dengan dahsyat.

Namun Ki Arumpaka adalah orang pilih tanding. Ia mempunyai wawasan yang luas dan pengalaman tempur yang luar biasa. Cambuknya masih dapat menjangkau Toh Kuning meskipun mereka bertarung dalam jarak pendek. Hawa panas yang keluar dari cambuknya seringkali mengganggu perhatian lawannya. Sesekali Toh Kuning merasakan kulitnya seperti terbakar dan kadang-kadang ia seperti memegang bara api tatkala senjatanya berbenturan dengan cambuk Ki Arumpaka.

Pada suatu ketika, Toh Kuning berusaha merebut cambuk lawannya tetapi Ki Arumpaka dengan tidak terduga melepaskan pukulan yang berhawa panas dari jarak jauh. Toh Kuning merasa bagian keningnya seolah tersentuh api meskipun tangan Ki Arumpaka masih berjarak sejengkal dari kulitnya. Ia cepat merunduk lalu menebaskan kakinya ke bagian bawah tubuh lawannya.

“Gila! Benar-benar orang gila!” seru Toh Kuning dalam hatinya.

Demikianlah perang tanding itu kemudian berkembang menjadi pertempuran yang semakin sulit diikuti meskipun keseimbangan masih berat sebelah. Yang membuat orang-orang menjadi berdebar dan terkejut adalah jika salah satu dari mereka mengubah gerakan, maka lawannya akan melakukan perubahan untuk menjaga keseimbangan. Maka ketika Ki Arumpaka melontarkan pukulan jarak jauh berhawa panas, maka di saat yang lain Toh Kuning akan melepaskan gumpalan asap putih panas yang meluncur dari telapak tangannya.

Rasa penasaran membayangi hati Ki Arumpaka. Ia sebelumnya merasa telah dapat menduga ketinggian ilmu Toh Kuning namun kini Toh Kuning justru mampu membatasinya dan mengimbanginya dengan cara yang hampir sama. Puncak ilmu yang dimilikinya telah dilontarkan namun Toh Kuning sanggup membendungnya dengan cara yang asing baginya. Ki Arumpaka merasa gelisah saat ia mendapati dirinya semakin sulit melepaskan diri dari kejaran keris Toh Kuning dan serangan-serangan perwira pasukan khusus itu semakin kuat menggedor pertahanannya.

“Menyerahlah, Ki Arumpaka!” perintah Toh Kuning.

“Tidak! Aku tidak akan tunduk pada Kertajaya!” berkeras Ki Arumpaka dan ia masih bertempur sangat gigih.

Perpaduan ujung cambuknya dengan hawa panas yang keluar dari sambaran cambuk agaknya membuat Toh Kuning mengalami kesulitan untuk mengeluarkan tekanan yang lebih kuat. Akan tetapi Ki Arumpaka mulai merasakan dia akan kehabisan tenaga karena Toh Kuning tetap meladeninya dengan benturan antar senjata dengan tenaga inti yang tak kalah besarnya.

Related posts

Jati Anom Obong 13

Ki Banjar Asman

Jati Anom Obong 20

Ki Banjar Asman

Kiai Plered 52 – Gondang Wates

Ki Banjar Asman