Jalan setapak yang mereka lalui sungguh sunyi. Bahkan suara mereka pun seolah larut dalam keheningan. Udara seolah enggan membawa suara mereka berlalu dari Merbabu, angin sepertinya enggan bertemu akrab dengan keduanya. Hanya sepi dan hamparan barisan pohon yang tidak beraturan menjadi pendamping mereka berdua.
“Pangeran,” kata Ki Buyut yang telah beranjak dari lamunan, “tidak semua bagian kehidupan selalu menyediakan alasan yang dapat dimengerti.”
“Apakah itu karena saya masih terlalu muda?”
“Tidak,” jawab Ki Buyut, “bukan itu yang menjadikannya sulit. Tetapi suara yang berasal dari hatimu, yang berasal dari pembisik di sekelilingmu, yang berasal dari dinding dan daun pintu, itu semuanya adalah pembatas untukmu.”
“Apakah laku prihatin dapat memberi jawaban?”
Ki Buyut tersenyum. “Dengan laku atau keprihatinan yang mungkin memenuhi setiap jengkal hidupmu, engkau akan meningkat dan semakin maju.”
“Walaupun saya berada di dalam istana?”
“Walaupun engkau seorang raja.”
“Tetapi…Kakek, bagaimana saya dapat mengerti keprihatinan dengan segala kemewahan yang telah tersedia untuk saya?
“Keprihatinanmu berlainan dengan prihatin yang dipahami banyak orang.”
“Saya tidak mengerti, Kakek.”
“Sekalipun ilmu yang kau pelajari, wawasan-wawasan yang engkau dalami dan banyak lagi pelajaran yang engkau lewati, itu semua adalah sama dengan kebanyakan orang. Tidak ad ayang lebih atau khusus. Engkau pun menjalani tata gerak, olah napas dan sebagainya juga tidak berbeda dengan olah gerak dari mereka yang belajar di banyak padepokan. Tetapi, apa yang ada di dalam dirimu, apa yang ada di sekitarmu serta perbedaan watak akan memberi hasil yang berbeda.”
Pangeran Benawa menarik napas sambil memejamkan mata. Ia sedikit menggerakkan kepala lalu berkata, “Apakah mungkin itu semua akan menjadi penerang bagi saya?”
“Dalam hal?”
“Menelisik sebab kabar kematian Kakek.”
Dari nada suara Pangeran Benawa, Ki Buyut Mimbasara dapat mengetahui rasa ingin tahu yang besar dari buyutnya itu. Namun ia lebih memilih untuk mengalihkan perhatian Pangeran Benawa, katanya kemudian, “Kakek telah katakan tadi, bahwa engkau akan mendatangi jawaban itu dari arah mana saja. Bahkan, mungkin, alasan mengenai itu akan menghampirimu ketika engkau lelap dalam tidur.”