Bangka Belitung memiliki berbagai macam tempat wisata yang dapat kalian kalian kunjungi saat kalian berkunjung. Di sini penulis akan mengenalkan salah satu pilihan tempat wisata tersebut, suatu tempat yang menjadi saksi bisu sejarah belanda di indonesia, tempat yang memiliki unsur misteri dan sejarah, tempat itu bernama “Kerkhof”.
Di Bangka Belitung sebenarnya banyak terdapat makam belanda yang jumlahnya sendiri belum dapat dipastikan, tetapi dari sekian banyak makam tersebut, “Kerkhof Makam Bangka Belitung” merupakan salah satu yang terawat dengan baik dan ditetapkan sebagai cagar budaya. “Kerkhof” sendiri merupakan bahasa Belanda yang memiliki arti “kuburan”.
Makam Belanda tersebut atau yang lebih dikenal oleh penduduk dengan sebutan Kerkof atau Pendem Belanda secara administratif terletak di Jalan Hormen Maddati yang dululunya dikenal dengan nama Jalan Sekolah, Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung. Tepatnya makam ini berada di persimpangan Jalan Solihin GP dan Jalan Hormen Maddati. Secara astronomis makam ini terletak pada 02o07’971” Lintang Selatan dan 106o06’475” Bujur Timur.
Alasan mengapa Bangka Belitung banyak terdapat makam Belanda adalah karena pada saat pertambangan timah berkembang di Bangka Belintung banyak dibutuhkan banyak tenaga manusia sebagai pekerja tambang. Karena kebutuhan tenaga kerja inilah yang mendorong didatangkannya tenaga-tenaga kerja yang berasal dari Cina sebagai pekerja tambang sekitar pada tahun 1755. Kekuasaan Belanda di Bangka Belitung sempat terhenti pada tahun 1812-1816 pada saat Inggris berhasil mengalahkan Perancis dimana pada saat itu Belanda sendiri dikuasai oleh Perancis. Tetapi berdasarkan pada perjanjian London atau dikenal dengan nama The Treaty of London yang terjadi pada tahun 1814 dikatakan bahwa daerah-daerah yang sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda termasuk Bangka dikembalikan kembali kepada Belanda.
Pemakaman ini dibangun berawal dari keinginan Belanda untuk menjadikan Kota Pangkalpinang sebagai pusat pemerintahannya pada 3 September 1913. Yang menyebabkan banyaknya bangsa belanda yang pindah dan menetap di sana. Kota Pangkalpinang sendiri merupakan salah satu distrik dari beberapa eksplorasi timah selain Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali, dan Belinyu yang dulunya berpusat di Muntok.
Di sini setidaknya terdapat sekitar 100 makam, tetapi makam yang masihdalam kondisi terawat hanya sekitar 30 makam. Sedangkan sebagian besar sudah rusak atau tidak bernama. Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan yang masih terbaca, makam yang tertua ada pada tahun 1800 dan yang termuda pada tahun 1954. Salah satu makam tertua adalah makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang merupakan seorang istri dari HHMR Scipio Blume yang lahir pada tanggal 28 Januari 1883 dan wafat pada tanggal 10 Maret 1928. Scipio Blume sendiri merupakan seorang notaris pada masa pemerintahan Residen Fraser, JJ, pada periode tahun 1923-1925. Kerkhof dapat dikatakan bukan hanya menjadi makam para pejuang Belanda saja tetapi juga merupakan tempat peristirahatan terakhir dari anak-anak atau istri dan kerabat yang mereka yang telah meninggal dan dikebumikan.
Selain makam bangsa belanda kalian juga dapat menemukan makam bangsa jepang dan indonesia disini. Seperti contohnya dari 30 makam tersebut terdapat 10 makam orang-orang yang berasal dari Jepang, makam-makam tersebut merupkan makam bagi mereka yang diperkerjakan sebagai geisha atau yang dulunya dikenal dengan sebutan karayukisan. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kehadiran wanita-wanita Jepang tersebut selain sebagai pekerja hiburan juga memiliki peran sebagai mata-mata pemerintah Jepang dalam rangka untuk mempersiapkan membangun kekuatan Asia Timur Raya. Dari 10 makam wanita Jepang yang sudah dapat diidentifikasi hanya delapan makam saja yang dapat dibaca namanya, nama-nama tersebut adalah Horie Kata, Matsumoto Sikino, Nagase Tanayo, Miyazaki Chiku, Kaminikoni Mizue, Hamazaki Hana, Miyazaki Sei, dan Y Yagura.
Nisan-nisan disini sebagian besar memiliki bentuk dasar segi empat, bentuk segi enam dan berbentuk lingkaran yang diletakkan dengan menghadap ke arah barat daya. Selain itu kebanyakan makam-makam di sana sebagian besar tidak memiliki gelar, hal ini dikarenakan untuk menanggulangi aset-aset Belanda yang akan dihancurkan oleh musuh
Kawasan Kerkhof sendiri sebenarnya pernah ditinggalkan dalam kondisi kurang terawat, tetapi sejak pada tahun 2015 Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang mulai memperbaiki kawasan tersebut dan menjadikan kerkhof sebagai salah satu destinasi wisata sejarah. [WS]