SuaraKawan.com
Parsosbud

Wisata Hutan Mangrove Kampung Nipah

Tempat wisata mangrove Kampung Nipah memang telah dikenal sebagai destinasi wisata asri dan romantis. Sayangnya tempat wisata tersebut menuai banyak kritikan lantaran biaya kontribusi tergolong cukup mahal. Walaupun demikian pesona dari destinasi wisata tersebut mampu menarik minat wisatawan tanpa memperdulikan mahalnya biaya akomodasi.

Destinasi wisata ini terdapat di Ds Sei Nagalawan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Perjalanan yang ditempuh dari arah Medan cukup lama. Karena memakan waktu hingga ±2 jam perjalanan. Namun hal tersebut juga dalam catatan kondisi jalan lancar, stabil dan tidak macet.

Supaya perjalanan menuju ke destinasi mudah, sebaiknya manfaatkan Google map. Jadi jalan yang dilalui dapat lebih cepat dan tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Kondisi jalan di sekitar area pun sangat baik dan telah diaspal seutuhnya. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama dapat terasa sangat nyaman.

Untuk lebih mempermudah perjalanan, sebaiknya lalui jalanan lintas Sumatera Medan Tebing Tinggi – Jl Besar Ps Bengkel. Kemudian belok ke arah Jl Besar Pantai Kelang. Lalu ambil arah lurus dengan mengikuti aliran sungai.

Itulah tips terbaik arah jalan menuju ke destinasi wisata Mangrove Kampung Nipah. Walaupun cukup jauh, namun jika dengan rute jalan terbaik dan mudah dihafal resiko tersesat cukup minim.

Biaya kontribusi tiket masuk wisata Mangrove Kampung Nipah tergolong cukup murah. Besarnya biaya kontribusi tiket masuk hanya sebesar 10.000 IDR per orang. Hal yang menjadikan biaya kontribusi mahal hanya biaya sewa fasilitas.

Untuk tarif parkir motor sebesar 10.000 IDR. Sedangkan untuk tarif parkir mobil sebesar 15.000. Jika pengunjung berniat untuk bermalam dengan camping akan dikenakan tarif parkir 2 kali lipat. Sehingga untuk tarif parkir motor jika bermalam akan menjadi 25.000 IDR. Sedangkan untuk biaya parkir mobil jika bermalam dapat mencapai 40.000 IDR.

Hal tersebut menjadi keluhan utama oleh sebagian besar pengunjung. Selain biaya kontribusi parkir, biaya sewa fasilitas pun juga tergolong mahal, terutama biaya sewa pondok / gazebo. Di area destinasi terdapat puluhan pondok / gazebo yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk bersantai setelah beraktivitas ataupun hanya sekedar menikmati suasana hutan Mangrove yang berada di tepi pantai.

Sumber Gambar: deliserdangmall.com

Sayangnya pemanfaatan gazebo tersebut tidak gratis atau berbayar. Besarnya tarif sewa pondok / gazebo juga tergolong mahal sebab mencapai 50.000 IDR per pondok. Padahal fasilitas pondok juga sangat sederhana dan mempunyai desain yang kurang menarik.

Desain pondok tersebut hanya sekedar pondok tradisional yang dibangun dengan kayu dan atap jerami. Selain itu para pengunjung yang menyewa pondok tersebut juga tidak memperoleh fasilitas tambahan apapun.

Jika dibandingkan dengan fasilitas lain, biaya sewa pondok sama dengan biaya sewa homestay per malam. Padahal beberapa destinasi wisata lainnya tidak mematok biaya apapun bagi pengunjung yang hendak menggunakan gazebo. Untuk tips alternatif dalam menghindari biaya sewa pondok yang cukup mahal, dapat ditanggulangi dengan cukup mudah. Pengunjung sebaiknya membawa tikar untuk lesehan di bawah pohon.

Kondisi Hutan Mangrove Kampung Nipah saat ini merupakan cukup eksotis dan rindang. Namun kawasan hutan Mangrove tersebut juga pernah mengalami keterpurukan hingga mengalami regresi. Hal tersebut terjadi pada masa orde baru, yang pada saat itu masih dibawah kepemerintahan Soeharto.

Pada saat itu pemerintah hendak mengupayakan hasil tambang udang windu dan kepiting yang berlimpah. Oleh karena itu wilayah tambang udang windu dan kepiting diperluas dengan menebangi beberapa area hutan Mangrove. Target pemerintah pun terlaksana dengan baik dan wilayah tambang udang windu dan kepiting semakin luas. Hasil tambang juga memuaskan

Sayangnya hal tersebut tidak berdampak positif pada hasil panen. Mulanya hasil panen udang windu dan kepiting memang berlimpah. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Faktor utamanya adalah wilayah hutan Mangrove yang semakin sempit.

Keberadaan hutan Mangrove di area tersebut mempunyai peran yang cukup besar bagi kelangsungan hidup udang windu dan kepiting. Sebab area hutan tersebut adalah habitat utama dari udang windu dan kepiting. Sebagian besar para udang dan kepiting pun memanfaatkan keberadaan hutan Mangrove untuk tempat tinggal sekaligus berkembang biak.

Jika kawasan hutan Mangrove dipersempit, hal tersebut menyebabkan wilayah habitat udang dan kepiting berkurang. Populasi udang dan kepiting pun juga turut berkurang karena tidak mendapat tempat cukup untuk berkembang biak. Begitu pula dengan hasil panen para nelayan yang menurun secara drastis.

Setelah kepemimpinan Soeharto berakhir, penduduk setempat pun akhirnya tidak lagi mematuhi kebijakan pemerintah era orde baru dan mulai menata ulang area tersebut. Karena efek dari kebijakan orde baru cukup buruk, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkan kawasan Mangrove tersebut. Hingga pada akhirnya kawasan tersebut menjelma menjadi destinasi wisata Mangrove Kampung Nipah.

Kondisi alam pada destinasi wisata tersebut hanya berupa kawasan hutan Mangrove dan pantai. Dengan perpaduan 2 kondisi alam tersebut mampu membuat pesona sempurna. Kawasan pantai pun menjadi cukup sejuk dengan keberadaan hutan yang mampu menetralisir udara panas khas pantai.

Kondisi air laut cukup tenang dan aman untuk melakukan aktivitas di air. Disamping kondisi air laut ada hal yang menarik dari destinasi wisata tersebut. Hal tersebut adalah aliran sungai yang langsung menuju ke laut.

Para pengunjung dapat melihat secara langsung suatu fenomena alam air sungai akan mengalir ke laut. Dari sepanjang perjalanan pun dapat menyaksikan arus sungai hingga menuju ke arah laut. Oleh karena itu hal tersebut dapat dijadikan sebagai edukasi untuk anak – anak tentang salah satu bidang sains, terutama yang berhubungan dengan alam.

Sumber Gambar:
Instagram @ryanpramana

Lalu tepat di dalam hutan Mangrove terdapat area Forest Walk. Meskipun jalur Forest Walk tidak sepanjang, sebesar dan seluas Forest Walk Bandung, tetapi cukup untuk mengeksplorasi dan tracking kompleks hutan Mangrove. Hal positifnya kondisi Forest Walk Kampung Nipah tidak seramai Bandung, para wisatawan pun dapat leluasa untuk hunting foto dan suasana tracking menjadi lebih santai.

Selain itu dalam kawasan destinasi wisata tersebut juga telah terdapat beberapa spot foto yang kekinian. Hal tersebut pula yang membuat tempat wisata Hutan Mangrove Kampung Nipahh cukup hitz. Spot foto dengan background hutan Mangrove dinilai cukup eksotis dan instragamable.

Kawasan destinasi wisata tersebut juga sangat rekomended untuk camping. Banyak para wisatawan yang menggunakan area tersebut untuk camping. Dengan keberadaan hutan Mangrove juga membuat para wisatawan mudah mencari kayu untuk membuat api unggun.

Wisata kuliner Kampung Nipah pun juga patut untuk dieksplorasi. Di destinasi tersebut tersedia berbagai macam jenis olahan seafood yang sangat segar. Dengan pengolahan menggunakan bumbu tradisional, cita rasa seafood sangat khas akan kesan kuliner nusantara. [WS]

Related posts

Pemujaan di Bukit Tandus

Redaksi Surabaya

Situs Purbakala Suku Muna Gua Liang Kobori Sulawesi Tenggara

Redaksi Surabaya

Desa Wisata Liya Togo Peninggalan Kerajaan Wakatobi

Redaksi Surabaya