Sabuk Inten 16

oleh

Sekejap kemudian keduanya terlibat dalam perkelahian seru. Sejumlah gebrakan awal telah menjadi tanda ketinggian olah kanuragan prajurit yang bertugas di halaman belakang istana Pajang. Meskipun begitu, ketekunan Kidang Tlangkas melatih diri telah membawanya lebih maju dari prajurit lain yang sejajar dengannya.

Beberapa saat kemudian.

“Hentikan…hentikan!” teriak Ki Sedayu Tawang. Dari tempat yang tidak terjangkau pandangna mata Ki Suradilaga, ia mengawasi setiap perbuatan anak muda yang datang bersamanya. Bahkan ia pun merasa geram dengan sikap Kidang Tlangkas yang dinilainya jauh melampaui batasan seorang prajurit. Tetapi ia cenderung menunggu perkembangan. Lalu ia muncul ketika perkelahian telah terjadi sekian waktu.

Namun sayang, ucapan Ki Sedayu Tawang untuk melerai perkelahian jsutru dijemput Ki Sembaga dengan terkaman dahsyat. Kemunculan Ki Sedayu Tawang adalah pertanda buruk bagi penyamaran mereka berdua, pikir Ki Sembaga. Betapa ia mengenal Ki Sedayu Tawang sebagai duta tidak resmi Adipati Gresik. Sesungguhnya tidak ada permusuhan antara Pajang dengan Gresik, tetapi menurut Ki Sembaga, perilaku Ki Sedayu Tawang di Pajang telah melewati batas seorang utusan. Campur tangan Ki Sedayu Tawang dalam beberapa urusan di Pajang, dinilainya terlalu jauh hingga mempengaruhi cara pandang sejumlah kademangan pada pribadi Adipati Hadiwjaya. Mereka pernah membicarakan itu, tetapi Ki Sedayu Tawang berkeras bahwa ia hanya memberi nasehat tentang cara menjalankan roda pemerintahan di wilayah yang lebih kecil.

Maka perkelahian pun berkembang lebih cepat. Dua gelanggang mendadak tercipta pada awal malam di tepi luar pedukuhan Sambi Sari.

Dalam wakti itu, Ki Suradilaga harus mengakui Kidang Tlangkas memang lebih unggul dari prajurit biasa lainnya, dan pantas menjadi tagan kanan seorang petinggi. Laju serangna Kidang Tlangkas yang lincah memainkan kedua kakinya, bergantian mengirim tendangan, sekali-kali ia melayang tinggi menerjang bagian atas tubuh musuhnya, kadang kala ia menyapu kedua kaki Ki Suradilaga. Dan keseluruhan, Kidang Tlangkas mampu mengimbangi Ki Tumenggung Suradilaga.

Bagi Kidang Tlangkas, pertarungan itu bukan pertarungan biasa saja. Ia mempunyai kepentingan, selain menghalau dua orang yang dianggapnya sebagai penyusup, untuk membuktikan pada Ki Semabga bahwa ada prajurit seperti dirinya di Pajang, Hanya itu.

Maka bila ada orang yang teliti mengamati Kidang Tlangkas, ia akan mendapatkan keanehan pada sorot mata orang suruhan Pangeran Parikesit itu. Kedua sinar yang keluar dari matanya. Hasrat menggebu untuk segera mengalahkan Ki Suradilaga berhasil menguasai segenap semangat Kidang Tlangkas.

Prajurit muda itu menerkam Ki Suradilaga sekuat harimau besar dan secepat kilat ia meluncurkan serangan demi serangan. Kedua lengannya terus menerus menggebrak dengan kekuatan mengagumkan. Meski begitu, jika dipandang sekilas, olah gerak Kidang Tlangkas justru terlihat seolah penari istana ketika menghibur raja. Untuk beberapa kejap mata kemudian, Kidang Tlangkas berhasil mengurung musuhnya dengna tandang yang benar-benar trengginas.

Lingkar tendangan Ki Suradilaga berusaha menerobos garis serang Kidang Tlangkas.Sepasang kaki tumenggung Demak ini tiada henti memapas serangan, dan sesekali meluncurkan tusukan berbahaya. Perkelahian semakin mengikat mereka dalam selubung malam yang kian pekat.

[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Dianjurkan” background=”” border=”” thumbright=”yes” number=”4″ style=”grid” align=”none” withids=”” displayby=”tag” orderby=”rand”]

Keduanya dengan tbuh ringan dapat menyelinap di antara serangan-serangan yang saling mereka lancarkan.

Ki Suradilaga tertegun. Bagaimana ia dapat mencapai tingkatan seperti ini? Walau pun Pangeran Parikesit memberinya jalan khusus tetapi mencapai lapisan yang setara dengan senapati bukanlah perkara mudah, bertanya Ki Suradilaga dalam hatinya. Meski demikian, Kidang Tlangkas tidak dapat dikatakan tanpa susah payah membendung serangan lawannya yang sesekali muncul secara mendadak. Ketenangan dan kecepatan Ki Suradilaga kadang kala merepotkan prajurit muda kepercayaan Pangeran Parikesit itu.

Terdengar Kidang Tlangkas sekali-kali mendengus. Ia geram. Ia marah karena merasa sejauh itu belum mampu membekuk tumenggung Demak. Maka, gambaran buruk tentang kemarahan Adipati Hadiwijaya lekas membayangi haqtinya. Yang ada di dalam pikirannya adalah kesulitan yang akan dihadapi Pangeran Parikesit bila dua utusan Adipati Hadiwijaya itu lolos dari sergapannya. Mereka akan dan pasti melaporkan penyerangan itu pada penguasa Pajang. Pangeran akan benar-benar sulit untuk lepas dari pengamatan petugas sandi, pikir Kidang Tlangkas.

No More Posts Available.

No more pages to load.