SuaraKawan.com
Bab 12 Persiapan

Persiapan 2

Dalam waktu itu, Ken Banawa telah mengerti maksud pemimpinnya. Dan Ken Banawa memang akan mengajak Gumilang untuk turut menyertai Bondan, selain Ken Banawa telah mengetahui tingkat kemampuan Gumilang, juga pasukan berkuda yang di bawah kepemimpinannya adalah kumpulan orang-orang terpilih dan mahir menggunakan berbagai senjata.

“Baik, Tuan. Kami berdua mohon diri,” kata Ken Banawa, kemudian  ia beranjak bangkit dan diikuti Bondan yang pelan berdiri.

Mpu Nambi mempersilahkan Ken Banawa dan Bondan untuk kembali ke Wringin Anom. Sambil menemani dua tamunya menuju halaman depan, ia memberi masukan beberapa siasat perang.

******

Di Kademangan Sumur Welut tampak sejumlah pengawal kademangan sedang mempersiapkan berbagai senjata. Di bawah petunjuk Ra Caksana, tiga kelompok orang bekerja membuat puluhan pagar bambu yang diikat dengan berbagai tanaman berduri.

Siang itu Sumur Welut kedatangan ratusan pasukan berkuda yang dipimpin oleh Gumilang. Kedatangan bala bantuan ini sedikit banyak memberi kekuatan batiniah pada rakyat Sumur Welut, terutama Ki Demang yang sama sekali tidak menyangka akan dibantu oleh pasukan Jala Bhirawa. Atas perintah Mpu Nambi, Ra Caksana membawahi empat regu penunggang kuda sebagai pendukung pasukan Gumilang.

Mereka telah berhimpun di Sumur Welut.

Ki Demang Sumur Welut telah membagi tugas bagi para pengawal dan orang-orang yang dianggapnya layak. Perbekalan dalam jumlah besar tengah disiapkan untuk kebutuhan pasukan sehamparan tebasan parang yang telah tiba dari sekitar Wringin Anom. Pasukan berkuda Gumilang, para pengawal Wringin Anom dan orang-orang yang datang membantu mulai mendirikan tenda di lapangan besar di sebelah selatan pedukuhan induk. Keseluruhan jumlah mereka mungkin lebih dari tiga ratus orang dan itu tidak berhenti karena orang masih saja berdatangan.

Ki Demang Sumur Welut yang awal mulanya dirambati keraguan, tetapi penjelasan Ken Banaw dan dorongan pemimpin Wringin Anom, akhirnya memperkenankan Sumur Welut sebagai garis pertahanan terdepan.

“Meskipun aku dapat menolak tetapi kademangan ini akan tetap tergilas oleh pasukan Ki Sentot. Sebenarnya aku tidak memikirkan apakah nantinya harus tunduk pada wangsa Kertarajasa atau wangsa Ken Arok, namun tetap saja untuk beberapa waktu kemudian, rakyatku akan mengalami penderitaan. Sebuah penderitaan yang tidak dapat diketahui batas akhirnya,” gumam Ki Demang Sumur Welut dalam hati, ”bila demikian maka mempertahankan tanah air adalah satu kepastian.”

Pada hari itu, ia menyaksikan sendiri jika Sumur Welut tidak akan berperang seorang diri. Bantuan terus bergulir memasuki wilayah kademangan termasuk serombongan orang yang mengaku berasal dari padepokan Mpu Gandamanik. Walau pun ia mengetahui jika Mpu Gandamanik tidak melestarikan padepokannya, tetapi Ki Demang mengenal para tetua rombongan, dan ia menerima mereka.

Tekad Ki Demang Sumur Welut semakin membaja ketika mendengar berita yang dikirimkan Ken Banawa melalui seorang utusan. Bahwa di antara pasukan Ki Sentot telah turut bergabung beberapa padepokan dan gerombolan orang yang tidak mempunyai tujuan.

Matahari telah menjejak sedikit di sebelah barat ketika Ki Demang Sumur Welut dan Ki Demang Wringin Anom berada di pendapa untuk menerima laporan-laporan tentang persiapan yang mereka lakukan. Selain itu, kedua demang ini sedang menghitung kekuatan di pihak mereka yang juga meliputi bala prajurit Majapahit. Keduanya sepakat bahwa perhitungan yang tepat dan disertai rencana yang jitu tetap harus disertai kemungkinan yang tidak terduga. Oleh karenanya kedua demang ini pun mengajak serta Ken Banawa dan senapati lain untuk berbincang tentang siasat. Mereka tidak dapat meremehkan kekuatan Ki Sentot Tohjaya.

Dalam jumlah, laskar dari kedua demang ini juga belum tentu seimbang dengan jumlah pasukan Ki Sentot. Apalagi jika dibandingkan kemampuan setiap orang maka tentu saja kedua demang ini sama sekali tidak mengetahui kemampuan tiap orang yang bergabung dengan Ki Sentot.

Related posts

Merebut Mataram 19

Ki Banjar Asman

Puisi : Pelangi

Redaksi Surabaya

Pertempuran Hari Kedua – 10

Ki Banjar Asman