Polres Trenggalek – Tepat hari ini, 1 September 2024 adalah hari yang bersejarah. Tonggak lahirnya Korp Polisi Wanita Republik Indonesia. Hari dimana wanita mendapatkan tempat untuk mengabdi dan berkarya melalui lembaga Kepolisian.
Kita tidak akan membahas tentang sejarah berdirinya Polisi wanita (Polwan), namun sebagai bentuk apresiasi dan kebanggaan, pada edisi kali ini, kami sajikan wawancara eksklusif dengan salah satu Polwan Polres Trenggalek berprestasi yang bisa dibilang memiliki integritas dan dedikasi tinggi.
Selain menjabat sebagai Bintara Administrasi (Bamin) pada Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas), ia juga merangkap sebagai Bhabinkamtibmas Desa Parakan, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek.
Untuk menjadi seorang Bhabinkamtibmas bukan perkara muda, disamping harus memiliki kompetensi dibidang pembinaan masyarakat yang baik, juga harus menguasai public speaking yang bagus serta mampu menjadi problem solving bagi setiap permasalahan yang muncul di desa.
Adalah Brigadir Risha Dwi Ramadaniati, S.H. seorang Polwan yang juga ibu dari dua orang anak. Rutinitas sehari-hari lebih banyak dihabiskan mengurusi administrasi di bidang pembinaan masyarakat. Namun siapa sangka, dibalik kelembutannnya ia adalah seorang wanita tangguh yang siap bekerja tak kenal waktu.
Bagaimana tidak, sebaga seorang Bhabinkamtibmas, ia harus rela Wira-Wiri setiap saat untuk mendampingi kegiatan di desa binaannya. Beruntung Brigadir Risha juga berdomisili di desa yang sama, sehingga meski disibukkan kegiatan di desa tetap bisa menyempatkan pulang barang sejenak untuk menengok sang buah hati.
Sedikit kilas balik, Risha kecil adalah gadis yang periang dan dikenal mudah bergaul dengan siapa saja. Anak bungsu dari dua bersaudara ini menjalani masa kecilnya di kota Pasuruan. Lulus SD Bangilan tahun 2007, SMP Negeri 2 Pasuruan tahun 2010, kemudian meneruskan sekolahnya di SMA Negeri 1 Sutojayan Blitar karena harus mengikuti orang tuanya yang berprofesi sebagai anggota TNI.
Sejak kecil, Risha memang sudah bercita-cita menjadi menjadi seorang Polwan. Menurutnya, sangat keren seorang cewek bisa menangkap penjahat dan berkecimpung dalam dunia kepolisian. Soal disiplin, hal tersebut bukan menjadi masalah, mengingat Risha kecil sudah terbiasa dengan kehidupan di asrama TNI.
Oleh karena itu, tak heran jika kemudian ia tetap nekat mendaftarkan diri dan mengikuti seleksi Polwan, meski saat itu ia sedang mengikuti bangku perkuliahan di Universitas Gajah Mada (UGM). Risha rela melepaskan status mahasiswa di kampus ternama demi mengejar cita-citanya menjadi seorang Polwan.
“Alhamdulillah, satu kali daftar saya dinyatakan lolos, mengikuti pendidikan Polwan dan lulus tahun 2014.” Ujarnya.
Penempatan pertama, Risha ditugaskan sebagai penyidik pembantu di Polsek Junrejo, Polres Batu. Berkat dedikasi yang tinggi, Risha yang saat itu masih berpangkat Bripda dipercaya menjabat sebagai Bamin Bag Ops sebelum kemudian bergeser ke Sihumas dan sempat menjadi Polisi Pariwisata.
Walaupun dengan kesibukan yang luar biasa, Risha masih menyempatkan diri meneruskan kuliahnya yang sempat tertunda di Universitas Islam Malang, hingga pada tahun 2019 ia mengajukan pindah ke Polres Trenggalek mengikuti sang suami yang juga merupakan anggota Polri (Saat ini sedang menjalankan tugas sebagai delegasi Pasukan Garuda Bhayangkara Minusca 5 di Bangui Afrika Tengah)
Tahun pertama di Polres Trenggalek, Risha ditugaskan di Bagian Perencanaan (Bagren) sebelum kemudian dipercaya untuk bergabung dengan satuan fungsi Satbinmas. Dari sinilah karir Risha sebagai Bhabinkamtibmas dimulai.
Polwan penghobi olahraga estrem judo dan karate ini sudah lebih dari 4 tahunan menjadi Bhabinkamtibmas. Yang pertama di Desa Dawuhan selama 1 tahun 8 bulan dan di desa Parakan selama kurang lebih berjalan hampir 3 tahun sampai sekarang.
Disinggung bagaimana ia membagi waktu antara tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Polri serta perannya sebagai seorang istri dan ibu, Polwan yang pernah tampil dalam ajang Porprov Katate ini mengatakan, pada prinsipnya tidak terlalu sulit, yang terpenting adalah memahami skala prioritas.
“Kadang-kadang dilema juga, dan menurut saya justru disitu tantangannya. Kerja tetap ditunaikan dengan baik, peran sebagai istri dan ibu tetap bisa dijalankan. Alhamdulillah desa binaan saya tidak begitu jauh dari rumah. Jadi masih bisa dilakukan bersama-sama.” Ujarnya.
Keberadaan Polwan sebagai Bhabinkamtibmas memang bisa dikatakan sangat jarang ditemukan. Hal ini bukan tanpa sebab. Selain karena secara kuantitas terbatas, keberadaan Polwan cenderung ditempatkan pada pos-pos pelayanan maupun tugas-tugas belakang meja.
Padahal secara kompetensi, Polwan mempunyai kualitas yang tak kalah dengan Polki (sebutan untuk Polisi laki-laki). Dobel status yang disandang Polwan bukanlah penghalang. Sebagai seorang istri sekaligus ibu, Polwan sering kali menghadapi permasalahan dan dituntut mampu menyelesaikan secara arif.
Pada sisi yang lain, sebagai seorang perempuan, pembawaan Polwan, dengan kodratnya yang kalem, keibuan, berfikir realistis dan cepat dalam mengambil keputusan tentu menjadi nilai plus. Jadi, pemberdayaan Polwan sebagai Bhabinkamtibmas seharusnya menjadi prioritas sehingga pelayanan Polri di tingkat desa bisa lebih optimal. Tentu tidak semuanya. Ada beberapa pertimbangan yang perlu perhatikan agar lebih efektif dan efisien.
“Alhamdulillah, rekan-rekan kerja saya sangat mendukung. Demikian pula tiga pilar di desa binaan saya. Hampir tidak ada kendala. Bertugas hingga malam hari karena ada kegiatan di desa juga sudah sering.” Ucapnya.
Sebagai seorang Bhabinkamtibmas, Risha diwajibkan memahami karakter dan kerawanan lingkungan. Salah satu kerawanan yang kerap ditemui adalah gesekan antar perguruan pencak silat. Menyikapi kondisi ini, Risha tidak tinggal diam. Bersama tiga pilar yang terdiri dari Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Koramil kerap turun ke lapangan dan melakukan pembinaan. Dengan pendekatan keibuan, ditambah ketegasan sebagai seorang Polwan, ia sukses menekan potensi gesekan yang ada.
Perjalanan yang lumayan panjang sebagai Bhabinkamtibmas, membuat seorang Brigadir Risha memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola Kamtibmas. Pada sisi yang lain, ia juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan seperti pengajian, UMKM, hingga turut berpartisipasi dalam grup kesenian Jaranan.
“Ada banyak suka dukanya. Yang paling berkesan, saya pernah harus turun tangan membantu pemulangan warga yang meninggal di rumah sakit pada dini hari. Evakuasi warga yang meninggal di hutan dan problem solving berbagai permasalahan keluarga maupun dengan tetangga. Dari pengalaman itu, kita bisa belajar banyak.” Imbuhnya.
Dibalik itu semua, Brigadir Risha memiliki mimpi, bagaimana ia bisa memajukan UMKM di desa binaannya. Desa Parakan menyimpan banyak potensi yang masih bisa digali dan dimanfaatkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi. Baik itu hasil pertanian, kerajinan maupun seni terapan. Dengan begitu, diharapkan dapat mendongkrak tingat kesejahteraan masyarakat.
Ia juga berkeinginan membuat Bioskop Kamtibmas. Sebuah terobosan kreatif yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana penghubung atau jembatan antara Polri dengan masyarakat. Tak terkecuali kalangan anak-anak.
Bukan seperti gedung bisokop pada umumnya tetapi lebih bersifat portable. Memanfaatkan proyektor dan ruang kosong dengan space yang luas. Keunggulannya adalah bisa dibawa kemana-mana sesuai dengan kebutuhan. Demikian pula video atau film yang akan diputar menyesuaikan dengan tema atau pesan yang ingin disampaikan.
“Doakan, dalam waktu dekat bisa terealisasi” Harapnya.
Terkait dengan eksitensi Polwan saat ini, Brigadir Risha menegaskan, paradigma baru di Kepolisian memungkinkan Polwan untuk berkarya sejajar dengan Polki. Tidak ada diskriminasi apapun. Semuanya diperlakukan sama.
Ini dibuktikan dengan cukup banyaknya Polwan yang ditempatkan pada fungsi operasional seperti Reserse, Intelkam, Lalu lintas, Brimob dan lain-lain. Selain itu ada pula rekrutmen Taruni Akpol yang memungkinkan seorang Polwan menduduki jabatan strategis. Bahkan tak sedikit yang sudah menyandang pangkat Jenderal Polisi.
“Semoga di usia yang ke 76 tahun ini, Polwan Indonesia semakin bersinar, menanamkan cita-cita luhur, menjadi pelindung dan pengayom masyarakat. Bukan hanya sebagai pemanis tetapi juga berkarya di berbagai bidang. Tentunya harus dibarengi dengan kompetensi yang mumpuni.” Pungkasnya.
DIRGAHAYU POLWAN INDONESIA
“POLWAN PRESISI MENDUKUNG PERCEPATAN TRANSFORMASI EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN MENUJU INDONESIA EMAS”