Angin Agustus
Dingin
Angin memukul-mukul tubuhku
Mendesakku untuk menulis sebait puisi untukmu
Lalu kau gerakkan tubuhmu begitu lentur
Seiring dersik bambu bersahutan bersenandung sendu
Haruskah aku membahasakan gemulaimu
Dengan diksidiksi Agustus yang sunyi?
Entahlah, kata-kata yang biasanya memenuhi kepalaku kini kelayapan
Kata-kata meninggalkanku bersama senyap
Maka, menarilah sekali lagi, Dara!
Biarkan angin Agustus menamparku sekali lagi dan lagi, dan lagi.
Murni, Mosar 250821