suarakawan.com – Lokasi parkir kendaraan motor yang selama ini berada di halaman depan sekolah SMA Negeri 12 Surabaya dirasakan manfaatnya oleh semua siswa. Apalagi dengan adanya atap dan dipaving, membuat motor tidak kepanasan dan kehujanan.
Belum lagi kalau musim hujan, lokasi parkir yang berdekatan dengan gedung sekolah SMA Negeri 12 akan memudahkan siswa masuk ke ruang kelas, tanpa harus hujan-hujan.
“Dulu pernah lokasi parkir di luar lingkungan sekolah, selain jauh juga eman-eman motornya jika setiap hari kepanasan dan kehujanan saat musim hujan,” ujar beberapa siswa kelas XII yang setiap hari mengendarai motor.
Beberapa siswa juga berharap, ke depannya dibuat lokasi baru untuk tempat parker, karena lokasi yang ada masih dirasa kurang luas.
“Semoga ada tambahan lagi untuk tempat parker yang ada atapnya supaya motor-motor tidak kepanasan,” harap mereka.
Menurut mereka, uang dari hasil pengumpulan parkir tersebut selain untuk pembangunan area parkir juga dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan organisasi siswa.
“Contoh, kalau ada kegiatan dan minus anggaran, diambilkan dari uang hasil pengumpulan parkir. Jadi menurut kami uang tersebut siswa yang memberikan dan akan kembali ke siswa lagi secara tidak langsung,” ujarnya.
Para siswa mengaku, terkait keamanan juga dari pihak sekolah selalu ada imbauan, masuk ke sekolah harus menggunakan helm, serta terkait keselamatan berkendara di jalan raya dan keamanan di lingkungan sekolah, sehingga merasa tenang saat proses belajar.
“Memang, selama ini ada beberapa teman-teman yang belum mengerti terkait kegunaan uang hasil parkir, yang intinya kegiatan-kegiatan seperti ekskul akademik atau non akademik yang membutuhkan biaya lebih, bisa diambilian dari uang parkir,” pungkas para siswa SMAN 12 Surabaya.
Pantauan di area parkir SMAN 12 Surabaya, lokasi parkir yang berada di depan gedung sekolah itu terlihat nyaman dan aman dengan landasan paving dan atap yang terbuat dari besi.
Sehingga dipastikan konstruksi pada bangunan tersebut sangat kokoh dan aman. Kondisi ini jelas memerlukan biaya yang cukup besar, agar para siswa-siswi merasa tenang saat proses belajar berlangsung
Beberapa wali siswa pun mengaku sangat mendukung adanya lahan parkir yang bagus di dalam sekolahan, supaya motor-motor siswa bisa aman.
“Kalau ada lokasi parker di lingkungan sekolah dengan kondisi yang bagus, anak-anak kami pasti tenang untuk belajar,” ujar Samsur, wali siswa kelas X.
Menurutnya, selama ini dirinya selalu mengingatkan kepada putrinya untuk mengisi kas parkir, biar setelah uang terkumpul bisa membuat lokasi lain yang bagus.
“Walaupun tidak diwajibkan untuk bayar parkir, tapi selalu saya ingatkan untuk mengisi sukarela kas parkir. Toh kegunaannya juga untuk kebaikan semuanya,” ujar Samsur yang juga sebagai anggota TNI ini.
Sedangkan Humas SMA Negeri 12 Surabaya Kiki Pamungkas menyampaikan, lokasi parkir di dalam sekolah, karena beberapa tahun lalu ada peraturan dari pihak kepolisian, bahwa bagi siswa-siswi yang belum memiliki SIM tidak diperkenankan mengendarai atau membawa kendaraan bermotor.
Akan tetapi, banyak permintaan dari orang tua siswa, agar anak-anak diijinkan untuk membawa kendaraan dengan menggunakan perlengkapan berkendara.
“Dulu masih ada space lahan dari Kelurahan Sememi yang belum termanfaatkan, sehingga bisa dipakai lahan parkir. Namun, setelah ada pembangunan lapangan futsal dan lain-lain akhirnya mau tidak mau parkirnya harus dipindah, dan pihak SMAN 12 menjembatani apa yang diminta oleh wali siswa melalui rapat, supaya diijinkan parkir dalam sekolah,” jelas Kiki Pamungkas.
Melalui proses tersebut, lanjut Kiki, secara bertahap wali siswa berinisiatif swadaya yang dititipkan anak-anaknya. Titipan tersebut digunakan untuk pembangunan paving supaya kendaraan motor bisa mudah diparkir, hingga saat ini terus diperluas.
Kemudian, dilanjutkan pembuatan atap, karena jika musim kemarau motor kepanasan, dan jika hujan helm basah. “Mereka banyak yang gelisah berlarian untuk menyelamatkan helmnya,” ujar Kiki.
Sehingga, untuk membeayai semua itu murni swadaya dari wali siswa sendiri. Untuk nilai besarnya, sukarela.
“Kami pihak sekolah hanya menjembatani saat rapat bersama komite diawal masa peralihan dari parkir luar sekolah,” ungkap Kiki.
Kiki, menerangkan, bahwa dulu paving tidak seluas saat ini, dan sebagian dari area parkir masih berupa tanah. Sehingga kita sondingkan bersama komite, kalau untuk kesepakatan nominal tidak ada.
“Sebenarnya untuk kesepakatan nilai atau nominal tidak ada, hal itu adalah kesepakatan dari anak-anak sendiri dan bahkan banyak dari mereka yang tidak memberi atau mengumpulkan, kita juga tidak ada masalah. Karena memang tidak ada kewajiban dari anak-anak yang harus membayar istilah uang parkir, karena itu murni dari swadaya untuk dibangunkan fasilitas parkir agar motor dan helm mereka aman, terhindar dari panas dan hujan,” terangnya.