Kota-kota pelabuhan di Jawa Timur seperti Tuban, Pajarakan, Gresik, Surabaya, dan Canggu dikategorikan masuk dalam wilayah inti kerajaan. Sejak masa Airlangga (abad 11 Masehi) telah dikenal adanya pembagian fungsi pelabuhan berdasarkan asal kedatangan kapal. Yang termasuk dalam pelabuhan inter-insuler adalah pelabuhan sungai Hujunggaluh yang terletak di sungai Mas, sedangkan pelabuhan antar pulaunya adalah pelabuhan pesisir Tuban (de Casparis, 1958)
Tuban dahulu dikenal dengan nama Kambaŋputih.
[penci_blockquote style=”style-3″ align=”none” author=””]“Pedukuhan ini mulai berubah. Saya selalu pulang ketika bayangan mulai memanjang dan tiba di dusun saat senja. Belakangan, saya tidak lagi dapat melakukan itu.” Kitab Kiai Gringsing – Bab V [/penci_blockquote]
Sumber awal sejarah Tuban diperoleh dari berita-berita Cina abad 11 sampai 15 dari masa pemerintahan dinasti Song Selatan (1127-1279 M), dinasti Yuan (1271-1368) dan berlanjut hingga dinasti Ming (1368-1644). Sumber berita dari dalam negeri sebagaimana dengan kota-kota lain di Jawa, sulit didapat dan toh kalau adapun banyak yang rancu karena bercampur dengan legenda dan mistis.
Tuban, Tu pan atau Ta-pan adalah salah satu kota pelabuhan utama yang makmur dan banyak disinggahi pedagang Tionghoa. Tentara Mongol (Tartar) juga menambatkan jangkarnya di pantai ini saat menyerang Jawa tahun 1292 Masehi.
Tuban tumbuh pada periode perdagangan maritim tengah meningkat dengan terwujudnya jalur maritim berjuluk ‘jalur rempah’ yang menghubungkan pelaut-pedagang melalui Laut Cina selatan dan samudera Hindia. Sebagai kota pesisir, Tuban menjadi wilayah terbuka dan dinamis karena bersentuhan dengan pedagang-pedagang asing. Selain bangsa Cina, pedagang-pedagang dari negeri-negeri muslim juga dominan sehingga kota-kota perdagangan di Jawa penting kelak akan menjelma menjadi kerajaan maritim bercorak Islam.
Perkembangan kota pelabuhan dagang ditunjang oleh beberapa faktor mulai faktor geografis, ekonomi, politik dan kosmologis. Aspek geografis merupakan faktor utama sebagai prasyarat berdirinya kota pelabuhan yang makmur. Tuban sangat penting untuk disinggahi karena memiliki kemampuan yang komplit, memiliki fungsi sebagai pelabuhan dagang dan harbor bar, yakni pelabuhan untuk transit dan mengisi persediaan perbekalan. Anugerah alam yang lain adalah kedekatan lokasinya dengan hutan jati sebagai bahan untuk memperbaiki kapal-kapal niaga yang rusak.
Baca Tentang Produksi Obat Dalam Negeri
Aspek ekologi tidak kalah penting perannya karena menjamin tingkat keramaian pelabuhan tersebut. Diperlukan perlindungan yang memadai dari ombak, arus besar dan angin. Pelabuhan yang terbaik adalah yang memiliki muara sungai besar yang menghubungkannya dengan wilayah-wilayah penting di pedalaman.
Pengelola pelabuhan juga harus mampu menyediakan tenaga-tenaga terampil seperti penerjemah bahasa asing, petugas pelabuhan, petugas pajak, hakim dan penyedia jasa lain yang mendukung kemajuan perdagangan. Infrastruktur pendukung seperti pasar, gudang, tempat penukaran uang, gerobak yang didorong kuda atau kerbau, penginapan, dan lain-lain pun wajib dihadirkan.
Dari segi keamanan, pesisir Tuban relatif lebih stabil dibandingkan dengan pelabuhan lain seperti Gresik dan Surabaya yang relatif bergejolak.
Ma Huan mencatat bahwa pelabuhan di Asia tenggara kaya akan rempah-rempah dan buah-buahan, seperti labu, mentimun, bawang dan jahe, namun sukar mendapatkan sayur mayur. Pengalaman serupa dikeluhkan Cheng Ho dan awak kapalnya yang terbiasa mengomsumsi makanan berkomposisi aneka sayur-mayur. Hal demikian tidaklah berlaku di Jawa karena Jawa justru kaya akan berbagai macam sayur dan berbagai buah yang terbilang sulit didapat di tempat lain seperti prem, persik dan buah lika. Luar biasa.
Bentuk fisik kota Tuban sendiri secara samar diperoleh dari berita kapal Belanda bernama Tweede Schipvaert yang dinahkodai laksmana Van Warwijck yang berlabuh di Tuban tahun 1599. Disebutkan bahwa orang-orang Belanda sangat terkesan dengan kemegahan Keraton Tuban. Setiap minggu (Senenan) diadakan latihan perang-perangan di alun-alun kotanya yang kini masih terdapat sisanya di desa Prungguhan Kulon Kecamatan Semanding, 5 kilometer sebelah selatan kota Tuban yang sekarang.
Kejayaan Tuban berangsur-angsur padam di mulai dari masa Majapahit akhir abad 15 disebabkan oleh keadaan yang berbalik. Sumber Cina menyebut bahwa Tuban telah berubah sebagai sarang lanun. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di Gresik dan Surabaya yang kondisinya kini lebih kondusif. Mendapati kenyataan ini, kapal-kapal Tuban memaksa kapal-kapal pedagang asing baik dari Cina maupun negeri lain agar mampir ke Tuban disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Aspek alam juga berperan memundurkan Tuban. Akhir abad 16 pantai Tuban menjadi dangkal dikarenakan endapan lumpur. Kapal dagang berukuran sedang terpaksa harus membuang sauh di perairan yang cukup jauh dari garis pantai. Praktis ia kini tidak lagi menjadi kota pelabuhan penting dan sudah tidak termasuk dalam jaringan perdagangan kota-kota pantai utara Jawa.
Penyebab terakhir kemunduran Tuban adalah ekspansi militer Mataram, yang merupakan negara agraria, yang mengubur kota-kota pelabuhan makmur berbasis maritim di Jawa Timur. Pada awal peperangan, Tuban, Surabaya dan aliansinya terbilang amat tangguh dan sulit ditaklukkan. Strategi sultan Agung berhasil mengganggu komunikasi musuh yang berujung pada terpecah belahnya kepercayaan anggota aliansi tersebut. Kandaslah upaya negeri-negeri pesisir untuk membentuk persatuan maritim yang kuat.
Pada tahun 1614 sultan Agung menyerang sisi selatan Surabaya, Pasuruan dan Malang. Surabaya mengalami kekalahan di Lasem tahun 1616 dan berhasil dipukul mundur sehingga wilayah Wira Saba (Maja Agung) yang merupakan pintu masuk ke sungai Brantas yang strategis jatuh. Setahun berikutnya, berturut-turut Pasuruan dan Tuban berhasil dikalahkan.
Pusat keraton Tuban dan alun-alun dihancurkan pasukan Mataram tahun 1619. Selanjutnya bupati-bupati Tuban diangkat oleh raja-raja dinasti Mataram.
Pada abad 18, seiring dengan memudarnya pengaruh Mataram, pemerintah kolonial Belandalah yang menentukan hierarki kota-kota pelabuhan di Jawa, manakah yang direncanakan sebagai tempat mengumpulkan bahan-bahan produksi dan mana yang dipakai sebagai pelabuhan penunjang saja ( feeder point). Pelabuhan Tuban yang kecil dan dangkal hanya mendapat peran sebagai pelabuhan rakyat sehingga mengalami stagnasi sampai sekarang
Alun-alun baru ditetapkan sebagai titik awal pembangunan kembali kota Tuban. Meskipun awal abad 20 kota ini dilewati jalan kereta api dengan sebuah stasiun, Tuban tidak mampu lagi berkembang. Bahkan stasiun kereta api tersebut kini sudah tutup. [KK}