Aku raih punggung tangan ibu, lalu keluar menemui utusan ayah. Seperti itulah sikapku setiap kali orang asing bermalam di rumahku. Mereka akan berkisah mengenai bukit-bukit...
Matahari terus menapak semakin tinggi. Kabut telah beranjak dan angkasa begitu cerah pada siang itu. Â Aku duduk berdua dengan ibuku di beranda. Beliau terlihat sangat...
Aku memasuki sebuah ruang yang berhawa tetapi tidak mempunyai angkasa. Aku tidak melihat tempatku berpijak, tetapi aku tidak melayang. Sesuatu yang padat lagi kenyal menjadi...
Tiba-tiba aku merasa lapar, dan tanpa tahu penyebabnya, perih dan gatal mendadak sirna. Mungkin karena aku terpana dengan yang terpampang di depan mataku. Bisa karena...
Rasa gatal semakin dalam memasuki tubuhku. Ia tidak lagi merambat permukaan kemaluan, tetapi menyusup ke bagian dalam. Di balik kulit perutku, di setiap pembuluh darahku,...
Perlahan aku melangkah masuk badan sungai. Berpasir, itu pendapatku ketika telapak kaki menyentuh dasar sungai. Semakin jauh aku berjalan meninggalkan tepian. Aku ingin berendam di...
Han Rudhapaksa memandang lekat wajahku. Aku merasakan getaran janggal ketika bola mata kakek terlihat membesar, lalu tiba-tiba kembali wajar. Semacam kengerian merasuki jiwaku, namun mendadak...
Kakek memegang lenganku ketika aku memperlihatkan gelagat ingin menghamburkan diri turun ke jalan. Aku ingin berada di tengah-tengah arus orang yang berlalu-lalang di jalan depan...
Aku bukan anak perempuan biasa. Kalimat itu sering diucapkan ibu setiap kali bulan masih terlihat seperti tandan pisang. Aku belum dapat mengerti maksud ucapan itu...
Aku dilahirkan dari seorang perempuan yang bernama Prabandari. Ibuku adalah anak bungsu dari lima bersaudara, sedangkan lelaki yang menjadi ayahku adalah seorang raja yang menguasai...