Gorengan, Menyatukan dan Mengkondusifkan Suasana
Artikel ini disusun secara bersama oleh enam mahasiswa dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Pancasila Universitas Airlangga. Penulis: Muhammad Faiq Alpheratz, Ryan Faathir Hokiarta, Annisa Cahya K., De Ynoashafa, Farel Rafi Rahardjo, dan Rida Aeni.
Gorengan, satu kata yang sangat akrab di telinga kita. Hanya dengan mendengar kata tersebut, perut bisa langsung keroncongan. Kita tahu bahwa gorengan merupakan camilan yang sangat populer di Indonesia. Sangat mudah untuk mendapatkan camilan ini dan harganya sangat terjangkau. Selain itu, variasi gorengan juga bermacam-macam. Singkong goreng, tempe goreng, pisang goreng, dan bakwan merupakan contoh dari variasi gorengan. Sesuai dengan judul dari artikel ini, mari kita bahas tentang bagaimana gorengan dapat berperan sebagai suatu hal yang dapat menyatukan dan juga mengkondusifkan suasana.
Peran pertama yang kita bahas adalah peran gorengan dalam menyatukan. Untuk memahami hal tersebut, mari kita simak contoh persoalan berikut ini. Era saat ini telah menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, salah satunya pada saat berkumpul dengan teman, keluarga, dan lain-lain. Sebelum ponsel pintar menjadi hal yang sangat umum seperti saat ini, setiap orang yang sedang berkumpul bersama akan melakukan interaksi langsung. Namun setelah ponsel pintar menjadi kebutuhan, masyarakat cenderung memfokuskan perhatian ke ponsel mereka masing-masing. Hal tersebut tidak sesuai dengan substansi dari berkumpul. Waktu berkumpul yang seharusnya menjadi hangat hanya menjadi waktu untuk sibuk dengan ponsel masing-masing. Akibatnya, kualitas waktu saat bersama tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan sikap individualis.
Sikap individualis merupakan hal yang negatif. Oleh karena itu, perlu ada sesuatu yang dapat berperan sebagai pemersatu dalam sebuah perkumpulan. Dalam hal ini, gorengan dapat menjadi pemersatu dalam sebuah perkumpulan. Camilan populer ini dapat mencairkan suasana dengan cara yang simpel, yaitu cukup dengan menyediakan gorengan dan ajak yang lain untuk mengonsumsi camilan tersebut. Dengan ajakan tadi, biasanya mereka yang sedang berkumpul akan segera mengonsumsi gorengan secara bersama-sama. Setelah itu, akan terjadi suatu interaksi langsung yang membuat suasana menjadi cair. Pada akhirnya, suasana yang cair menghasilkan sikap saling menghormati dan menghargai di antara mereka.
Contoh persoalan di atas telah menunjukkan bagaimana gorengan memainkan peran dalam menyatukan suasana. Mereka yang sedang berkumpul menjadi saling menghormati dan menghargai dengan kehadiran gorengan. Jika kita telaah lebih lanjut, sikap saling menghormati dan menghargai merupakan implementasi dari nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila.
Kedua, mari kita bahas bagaimana gorengan dapat berperan dalam mengkondusifkan suasana. Sebagaimana pembahasan pada peran menyatukan sebelumnya, mari kita simak contoh berikut ini. Musyawarah merupakan suatu kegiatan yang umum dalam kehidupan masyarakat untuk menentukan berbagai hal, seperti perencanaan pembangunan, pembentukan pengurus suatu organisasi, dan lain-lain. Dalam sebuah musyawarah, biasanya terdapat hidangan makanan ringan berupa gorengan dan minuman. Ketika seorang pemimpin musyawarah mengajak partisipan untuk mengonsumsi hidangan yang tersaji, maka seluruh partisipan musyawarah mulai mengambil dan menikmati hidangan yang tersaji.
Variasi gorengan yang beragam memberikan pilihan bagi para partisipan untuk dapat menikmati apa yang mereka suka. Setelah itu, musyawarah akan dapat berjalan dengan lebih kondusif. Kondisi musyawarah yang kondusif akan menghasilkan keputusan yang benar-benar berdasarkan kepentingan bersama karena terjadi sikap saling menghargai pendapat dan tidak memaksakan pendapat dari satu pihak.
Penjelasan di atas menunjukkan bagaimana peran gorengan dalam menjadikan suasana yang lebih kondusif. Seorang pemimpin musyawarah berperan sebagai pihak yang memimpin diskusi dari awal hingga akhir. Hal tersebut bertujuan agar musyawarah dapat berlangsung dengan lancar. Salah satu contoh dari peran pemimpin dapat kita lihat saat mengajak para partisipan musyawarah anggota untuk mengonsumsi hidangan yang tersaji. Ketika pemimpin mengajak para partisipan untuk mengonsumsi gorengan, maka mereka akan mengonsumsi camilan tersebut secara bersama-sama. Suasana yang kondusif akan menghasilkan sikap saling menghargai perbedaan pendapat. Pada akhirnya, berbagai kesepakatan yang tercapai benar-benar bertujuan untuk kepentingan bersama. Jika ditelaah lebih lanjut sebagaimana pada bagian sebelumnya, sikap saling menghargai perbedaan pendapat dan kesepakatan untuk kepentingan bersama merupakan implementasi dari nilai dalam sila keempat Pancasila.
Gorengan menjadi suatu hal yang sangat umum dikonsumsi. Tanpa kita sadari, gorengan yang biasa kita konsumsi juga memiliki peran dalam menyatukan maupun membuat suasana menjadi kondusif. Peran-peran tersebut menghasilkan sikap-sikap positif, salah satunya saling menghargai dan menghormati antar sesama. Pada akhirnya, jika kita telaah lagi lebih lanjut, sikap-sikap positif tersebut merupakan implementasi dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.