Pertempuran 10 November 1945 Ancen Sangar, Rek! (3)

oleh

Pada hari pertama pertempuran, Gubernur Soerjo untuk kesekian kali berpidato melalui corong radio:

Saya berterimakasih, bahwa pemerintah pusat telah menyerahkan jawaban terhadap ultimatum Inggris kepada kami di Jawa Timur. Keputusan kami telah mengakibatkan meletusnya pertempuran seru di Surabaya. Namun itulah keputusan kami yang terbaik. Kami bertempur untuk merebut kembali hak-hak serta kedaulatan kami dari tangan musuh. Saat ini kami semua berada dalam suatu akhir masa. Suatu masa lama yang segera akan berakhir. Peristiwa di Surabaya tidak dapat dihindari, tidak dapat diubah. Ini adalah kemauan Tuhan Yang Maha Tinggi.

Ini merupakan tanda-tanda, bahwa zaman keemasan segera akan datang kepada tanah air kita Indonesia. Seluruh rakyat Jawa Timur tanpa kecuali, semua buruh tinggi maupun rendah, percaya dengan sungguh-sungguh, bahwa Tuhan Yang Maha Tinggi akan melimpahkan tegaknya kebenaran kepada seluruh bumi dan alam Indonesia, yang sudah berabad-abad lamanya hilang.

Kami tidak pernah ingin menyerang.

Tetapi kami akan mempertahankan hak-hak kami. Sebagai suatu bangsa yang mencintai kebebasan, kami berada di pihak yang benar.Kami hanya menghendaki kebenaran. Terpujilah selalu, Tuhan Yang Maha Tinggi.

Perlawanan Surabaya mengejutkan tentara Inggris. Mereka benar-benar membuat perkiraan yang salah tentang keadaan yang berkembang.

Di hari kedua.

Tiga pesawat Mosquito ditembak jatuh. Termasuk yang membawa Brigadier Robert Guy Loder Symonds, Komandan Detasemen Artileri Pasukan Inggris, terkena tembakan PSU Bofors 40 (sejenis senjata penangkis serangan udara milik KNIL) yang dikendalikan oleh sekelompok veteran Heiho yang berpengalaman menghadapi pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat di palagan Halmahera dan Morotai.

Hingga pertempuran berakhir pada hari ke-21, korban tewas diperkirakan mencapai puluhan ribu jiwa. Menurut laporan dr. Moh. Suwandhi, kepala kesehatan Jawa Timur yang aktif menangani korban pihak Indonesia, jumlah orang Indonesia yang tewas dalam pertempuran itu sekitar 16.000 jiwa. Di pihak Inggris, sejak mendarat di Surabaya, telah kehilangan sekitar 1.500 prajuritnya, termasuk dua perwira setingkat jenderal junior dan 300 serdadu Inggris Muslim asal India dan Pakistan yang diklaim pihak Indonesia telah menyeberang ke pihak mereka

Tank mutakhir pada masa itu, M4 Sherman, dikabarkan meraih banyak kemenangan di benua Afrika dan Eropa. Mesin perang ini nyaris selalu berada di setiap medan, terutama ketika Sekutu menghadang Jerman. Namun palagan Surabaya mengubah catatan kemenangan itu menjadi bagian kelam. Surabaya membuat Sherman dan awaknya menjadi bulan-bulanan.

“Serangan nekat pasukan bunuh diri pejuang Indonesia yang hanya menggunakan granat di tangan banyak meluluhlantakan tank-tank raksasa milik Inggris itu,” ungkap sejarawan Moehkardi.

No More Posts Available.

No more pages to load.