Maka tidak heran apabila Pangeran Parikesit harus mempertaruhkan hidupnya sendiri demi keselamatan Adipati Hadiwijaya dan seluruh Pajang. Ia mengerti bahwa keponakannya itu tidak akan sanggup menahan kekuatan ilmu warisan Ki Jalak Pameling. Dan lebih dari itu, Pangeran Parikesit memahami bahwa salah satu akibat dari pengerahan ilmu Suwung Bawana adalah memutus nyawa orang yang melontarkannya. Bayang kematian Adipati Hadiwijaya dan Ki Getas Pendawa segera menghantam pikiran dan perasaannya. Maka, Pangeran Parikesit mengabaikan lelah yang sebenarnya telah mendera tubuhnya sebelum memasuki lingkaran yang dipenuhi udara kematian.
Decit suara yang sangat cepat merambat menuju nada yang tinggi ditambah udara yang bergetar sangat kuat karena benturan dua ilmu tingkat tinggi itu menyadarkan Adipati Hadiwijaya. Ia masih mencoba mengerti perubahan yang sangat mendadak terjadi, namun suara itu datang menghunjam jantungnya dan udara yang menggelepar telah menggugah kesadarannya. Maka sudut mata Adipati Hadiwijaya kemudian menangkap satu bayangan yang berkelebat secepat tatit menuju tempatnya dan hawa tenaga Wedhus Gembel yang mengerikan melesat deras padanya!
Pada masa yang nyaris bersamaan, Lembu Jati pun telah menghimpun sepenuhnya ilmu Jagad Manunggal. Ia berkedudukan lebih dekat jika dibandingkan dengan Kiai Rontek.
”Kematianmu memang tak dapat ditolak, Mas Karebet. Setelah kau pergi dari dunia ini, Gagak Panji akan duduk menggantikanmu. Dan sangat disayangkan bila kau tak dapat menjadi saksi kenaikan Gagak Panji ke tahta Demak!” desis Lembu Jati ketika menghimpun segenap kekuatannya.
”Tak bosan kau sebut Gagak Panji. Pergilah dan ciumlah ujung kakinya!” sahut Adipati Hadiwijaya sambil merapatkan dadanya hingga menyentuh paha. Dua lengan Adipati rapat menutup celah yang lemah dari pertahanannya. Dengan ilmu kebal lapis ganda dan tenaga inti yang ia ungkap dari ilmu Jendra Bhirawa kini putra Ki Kebo Kenanga telah mapan menyambut dua gelombang serang yang luar biasa.
Betapa asap putih yang panas itu kini berubah seperti bara. Kepulan asap keluar dari seluruh bagian tubuh Kiai Rontek. Lembu Jati dengan ilmu yang tak kalah ganas datang menggebrak dari samping kiri Adipati Hadiwijaya. Tetapi kali ini Lembu Jati sepenuhnya menggunakan unsur-unsur yang memancarkan udara beku. Dua pasang kekuatan mengguncang Merapi.
Berdentum. Menggelegar.
Pada saat itu Wedhus Gembel kuat menghamburkan sirat kengerian yang sukar dilupakan.
Sementara Suwung Bawana seolah menjadi mulut ular yang bulat menelan mangsanya. Membelit kekuatan Wedhus Gembel dengan lilitan yang mustahil dibayangkan.
Sementara Jagad Manunggal menabrak ilmu kebal yang dikembangkan dengan tenaga Jendra Bhirawa.
Empat tenaga raksasa saling bersinggungan di atas tanah yang sama. Tak berjarak dan saling menghamburkan sisa kekuatan tanpa aturan. Benar-benar semrawut!
Gelombang tenaga berkekuatan sangat hebat yang saling bernetur, menabrak pantulan tenaga lain, terdorong dan bergulir semrawut seperti kerikil pasir yang menuruni tebing. Menghempas dinding api yang melingkari lima orang yang berada di dalamnya. Nyala api mendadak pada seketika pada beberapa tempat.
Tubuh Pangeran Parikesit yang masih melayang terpental oleh amukan tenaga yang liar. Ia cepat menguasa kecepatan tubuh. Dua putaran jungkir balik, ketika kakinya menyentuh sebatang ranting, Pangeran Parikesit meluncur kembali pada kobaran api. Hanya nama Mas Karebet dan Ki Getas Pendawa yang mengiang-ngiang di dalam telinganya. Dua tangan memukul pada banyak arah. Dorongan tenaga pun menjadi semacam angin yang mampu membawanya melesat kencang ke tempat Ki Getas Pendawa.
Dalam waktu itu, Ki Getas Pendawa telah terbenam sedalam lutut. Dua lengannya tergantung di samping lambung dan kepalanya terkulai.
”Angger Getas Pendawa!” berkata Pangeran Parikesit sambil menarik tubuh Ki Getas Pendawa. Setelah membaringkan tubuh lemas Ki Getas, Pangeran Parikesit menyentuh bagian dada dan perut keponakannya lalu menyalurkan sebagian tenaga inti untuk membantu Ki Getas agar kembali sadar. Sejenak kemudian, Ki Getas Pendawa dapat membuka mata.
” Angger Adipati?” desahnya lalu satu tarikan napas panjang dilakukannya. Dan dalam sekejap Ki Getas telah berdiri meski sempoyongan.
Ia pun menebar pandang mencari Adipati Hadiwijaya. Lalu dilihatnya Pangeran Parikesit telah berada di balik punggung putra Ki Kebo Kenanga. Ia menyeret kaki dan melangkah gontai dengan sesekali menata jalur napasnya. Ki Getas Pendawa belum sepenuhnya pulih tapi keinginannya untuk melihat keadaan Adipati Hadiwijaya membuatnya bangkit.
Sementara itu Kiai Rontek dan Lembu Jati telah menghilang dari kawasan pertarungan yang baru saja usai. Lembu Jati menderita luka bagian dalam ketika ia membenturkan segenap ilmu Jagat Manunggal dengan ilmu Jendra Bhirawa. Walaupun Kiai Rontek bersama dengannya dalam upaya menghabisi Adipati Hadiwijaya, namun mereka tidak mengerti jika Jendra Bhirawa adalah ilmu yang mempunyai watak mirip dengan Suwung Bawana.