Pertempuran keduanya menjadi semakin hebat dan dahsyat. Dengan cepat keduanya beranjak menuju puncak ilmu masing-masing sehingga mereka telah tenggelam dalam perhatian untuk mengembangkan arus serangan dan benteng untuk bertahan. Lurah prajurit tampaknya sudah tidak terpengaruh dengan keadaan kawan-kawannya. Betapa pun ia merasa sangat marah karena kekejaman lawan-lawannya tetapi ia menyadari bahwa kemarahannya tidak akan dapat menghidupkan prajurit yang telah terbunuh.
Oleh sebab itu, lurah prajurit menumpahkan seluruh perasaannya dalam olah gerak yang berbahaya dan mematikan. Ia tidak ingin hilang dalam keseimbangan meskipun akan berakhir dengan kematiannya. Maka kali ini ia menumpahkan segala yang tersisa dengan bertarung sepenuh tenaga dan kecepatan.
Toh Kuning sejauh ini masih dapat mengimbangi lurah prajurit. Ia adalah pemuda yang lincah dan tangkas serta mempunyai kelebihan nalar. Seringkali Toh Kuning menambahkan sendiri gerakan yang tidak diajarkan oleh gurunya dalam bagian-bagian tertentu dari ilmu perguruan Purna Bidaran. Berkali-kali lurah prajurit mengeluarkan seruan tertahan karena ia terkejut dengan olah gerak Toh Kuning yang dirasanya sangat aneh dan membingungkan. Anak muda yang lincah dan cekatan. Geraknya kadang-kadang terlihat aneh dan membingungkan.
“Kau tidak akan lama bertahan!” kata lurah prajurit sambil menjulurkan pedang ke bagian leher Toh Kuning.
Toh Kuning mengayunkan tubuhnya ke samping, menghindar dari tusukan pedang yang tiba-tiba berubah arah dengan menebas menyilang. Toh Kuning memiringkan tubuhnya sekaligus melepaskan serangan balasan dengan keris yang menyusup lambung lurah prajurit yang terbuka. Namun lurah prajurit kemudian menjatuhkan diri dengan bergulingan lalu bangkit dan memutar pedangnya menyambar dada Toh Kuning.
Para pengikut Ki Ranu Welang bergerak mendekati lingkaran perkelahian Toh Kuning. Mereka berdiri mengelilingi mereka dan sesekali bersorak-sorak ketika lurah prajurit meloncat surut atau jatuh bergulingan.
Lurah prajurit memahami jika ia tidak akan dapat hidup sekalipun dari Toh Kuning. Ia meloncat jauh ke belakang dan menyusun ulang tata geraknya. Ia telah membuat keputusan terakhir. Pedangnya yang telah dilambari tenaga inti dan tangan kirinya tampak mengeras. Tiba-tiba ia meloncat jauh menerjang Toh Kuning dengan sangat cepat. Sangat sulit bagi mata biasa untuk melihat kecepatan gerak lurah prajurit yang telah siap mengadu tenaga inti dengan Toh Kuning. Namun Toh Kuning mempunyai pemikiran lain. Seringkali orang tidak dapat menebak jalan pikirannya, termasuk para pengikut Ki Ranu Welang.
“Aku tidak akan membunuhmu, Ki Lurah,” kata Toh Kuning dalam hatinya.
Ia memutuskan untuk bertindak sangat keras sehingga seolah-olah lurah prajurit itu mati terbunuh di tangannya. Otak Toh Kuning berputar cepat mengingat jalur urat syaraf dan jalan darah yang dapat menyebabkan seseorang menjadi mati suri.namun bukan pingsan. Ia tidak ingin pengikut Ki Ranu Welang mengetahui apabila ia membiarkan lurah prajurit itu tetap hidup. Ia mempunyai alasan kuat untuk melakukan itu, sedangkan ia juga harus dapat menjaga kepentingan terhadap Ki Ranu Welang.
Dasar-dasar ilmu pengobatan yang diajarkan oleh gurunya melintas dalam ingatan Toh Kuning. Kini ia dengan cepat mulai membalas serangan lurah prajurit. Bahkan Toh Kuning sesekali membenturkan tenaga ketika dua kepalan bertemu, kadang mereka berdua juga mengadu kedua siku dan lengan. Tanpa disadari oleh lurah prajurit, Toh Kuning meningkatkan tenaganya selapis lebih tinggi. Namun begitu lurah prajurit sebenarnya mengerti apabila anak muda yang bertarung dengannya itu memang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Betapa ia setiap kali mencoba melakukan perubahan, maka Toh Kuning selalu dapat menghadangnya atau mampu membaca gerakannya sehingga lurah prajurit sering menemukan jalan buntu. Namun lurah prajurit itu tetap mempunyai keyakinan jika ia dapat mengalahkan Toh Kuning. Dan pada saat ia telah merasa pada puncak tenaga inti yang dimilikinya dan mulai mengadu bagian tubuhnya, lurah prajurit merasa terkejut karena Toh Kuning masih dapat mengimbanginya.
Bahkan sekarang lurah prajurit mengalami kesemutan dan tangannya bergetar hebat kala beradu senjata dengan Toh Kuning.