SuaraKawan.com
Bab 9 Pertempuran Panarukan

Panarukan 25

Tiba-tiba gelombang dengan ketinggian yang mampu menelan sebuah kapal seketika terhentak begitu hebat! Oleh karena ledakan yang tidak terjadi secara bersamaan maka terjadilah benturan-benturan antar ombak yang kemudian seolah terjadi badai dahsyat di sekitar tempat yang menjadi sasaran panah Gagak Panji. Kecerdikan siasat orang-orang Blambangan benar-benar luar biasa. Dalam waktu itu, para senopati yang berada di atas sampan cepat mengendalikan kemudi agar sampan mereka mengikuti alunan ombak. Ini menjadi seperti pergerakan yang tidak terbaca oleh para pemimpin prajurit Demak ; bahwa sebenarnya pasukan sampan Blambangan telah melewati garis kedua pertahanan mereka. Pasukan sampan Gagak Panji telah berada pada jarak yang cukup dari pusat ledakan sehingga mereka mampu berbuat lebih banyak ketika mendekati kapal-kapal Demak – yang agaknya belum siap dengan siasat perang Blambangan. Para prajurit Blambangan – dari atas sampan – segera melepaskan anak panah berujung seperti kail lalu menancap tepat pada dinding kapal Demak. Tak lama setelah itu, mereka terjun ke dalam laut setelah sampan mereka terhubung melalui seutas tali yang sangat kuat dan terbuat dari serabut kelapa.

Para prajurit Blambangan merayap sangat cepat dengan tubuh merapat pada dinding kapal Demak yang menjadi sasaran utama mereka. Seolah telah menyatu dengan laut, seperti itulah pergerakan pasukan Blambangan yang begitu senyap dan masih menyembunyikan kekuatan sebenarnya.

Gagak Panji dan Mpu Badandan sepertinya menguasai kendali peperangan pada hari itu. Mereka membuat perhitungan yang masak. Pasukan sampan,  yang seperti tidak menerapkan satu gelar perang di atas laut, ternyata justru menjadikan pergerakan yang tidak teratur itu untuk mendekati lapis ketiga barisan kapal perang Demak. Mereka berhasil menempatkan diri lebih baik untuk menggelontorkan daya serang mereka. Bahkan, tanpa diduga sebelumnya, kapal perang Raden Trenggana pun berada dalam jangkauan serangan prajurit Blambangan.

Sementara itu, getar ledakan yang menyentuh kulit Semambung telah membawa tanda khusus bagi orang yang sangat dipercaya oleh Gagak Panji untuk mengubah arus serangannya pada angkatan laut Demak. Semambung hendak mengubah arah tetapi indera perasanya menangkap suara gemerisik di dalam air. Sekejap kemudian ia berhenti, memutar tubuh lalu dilihatnya segumpal air sedang melaju deras padanya.

“Luar biasa!” gumam Semambung dalam hatinya. Namun ia tidak terkejut dengan gumpalan air yang berkekuatan besar dan mampu memecahkan batu karang berkeping-keping. Sangat lincah Semambung bergerak menghindari serangan Ki Jala Sayuta yang telah berada dalam jarak cukup dekat dengannya. Untuk beberapa saat, melalui getaran yang merambat di dalam air, Semambung memperkirakan ketinggian ilmu lawannya yang agaknya termasuk dalam tataran orang-orang berkepandaian tinggi yang dimiliki oleh Demak.

Pertarungan dua ekor ikan paus pembunuh pun terjadi di bawah permukaan laut. Semambung dan Ki Jala Sayuta bertarung dengan kecepatan yang berbeda dengan perang tanding di daratan. Meski begitu, pergerakan dua orang yang sama-sama menyimpan ilmu yang jarang dijumpai ini telah menimbulkan pusaran air hingga mencapai permukaan laut.

“Aku tidak akan melayani orang ini lebih lama,” gumam Semambung dalam hatinya. Maka segera ia menghentak ilmu Lindu Segara hingga mencapai setengah dari kekuatannya. Gelembung udara pun menutup tubuh Semambung seluruhnya.

“Kepergiannya dari hadapanku sudah barang tentu akan menghilangkan sebagian prajurit Demak dari permukaan,” batin Ki Jala Sayuta yang semakin kuat mengerahkan seluruh kemampuannya. Ki Jala Sayuta tidak berpikir untuk memandang rendah kemampuan lawannya. Ia telah menjadi saksi kedahsyatan ilmu yang ada dalam diri Semambung. Kekuatan yang benar-benar menggetarkan setiap karang yang berada di dasar laut. “Aku harus selalu berada di dekatnya.” Kuat keinginan Ki Jala Sayuta untuk membendung pergerakan Semambung, desisnya dalam hati, ”Tidak ada satu pun di antara kami yang boleh hidup jika aku terpaksa kalah olehnya.”

Pusaran air kemudian membungkus tubuh Ki Jala Sayuta. Semakin lama pusaran itu semakin membesar – dan pada saat itu – gelombang tenaga Ki Jala Sayuta ternyata mampu memberi tekanan pada Semambung. Orang kepercayaan Gagak Panji ini pun merasakan bahwa ia terbendung lambaran tenaga yang telah bersatu dengan air. Maka keduanya lantas terikat dalam satu keadaan yang sangat hebat. Mereka berhadapan dalam keadaan melayang di dalam air dengan kedudukan yang berbeda. Tubuh Semambung dikelilingi oleh gelembung-gelembung udara sehingga tampak seperti air yang mendidih. Sedangkan Ki Jala Sayuta menghasilkan pusaran air yang sanggup menghisap kapal dagang yang sangat besar. Meskipun mereka tidak bergerak namun sebenarnya yang terjadi adalah dua ilmu tinggi akan saling bertabrakan di bawah permukaan laut.

Dua orang berilmu tinggi itu saling menyadari bahwa masing-masing dari mereka sedang menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi Semambung telah bertekad untuk melindungi Blambangan dengan seluruh yang melekat dalam dirinya. Maka yang terjadi kemudian adalah tubuh Semambung berputar sangat cepat berlawanan arah dengan arah pusaran air yang dibuat oleh Ki Jala Sayuta.

Related posts

Merebut Mataram 57

Redaksi Surabaya

Wedhus Gembel 7

Ki Banjar Asman

Merebut Mataram 1

Ki Banjar Asman