Berkat teknologi, Pertamina kini bisa memantau secara real time penjualan bahan bakar minyak (BBM) di 5.500 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Jenis BBM yang bisa dipantau dalam real time adalah penjualan pertamax, pertalite, premium, solar, biosolar, pertamina dex, pertamax turbo, dexlite, bio solar industri, solar non pso, dan vigas.
Chief Executive Officer Commercial & Trading Subholding Pertamina Masud Khamid mengatakan, pihaknya akan membangun command center khusus untuk pelanggan Pertamina di kantor baru Pertamina di kawasan Gambir. “Nanti bentuknya seperti Command Center SPBU, tetapi khusus untuk pelanggan,” ujarmya di Command Center SPBU Pertamina di kantor Telkom Legok, Kamis (14/1).
Dia menjelaskan, saat ini Pertamina sudah memiliki big data untuk memetakan seluruh aspek bisnis hilir Pertamina. “Kami bisa tahu penyaluran BBM solar subsidi, kami bisa tahu siapa yang “kencing” di jalan,” ungkap dia.
Sebab, seluruh mobil tangki Pertamina sudah dipasang alat untuk terpantau keberadaanya. Selain itu juga volume yang ada juga terpantau dengan detail dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) sampai ke SPBU. “Kalau menyusut, berarti ada indikasi. Bisa saja kencing, bisa saja memang mobil tangki melewati daerah dingin,” katanya.
Masud menjelaskan, kini tata niaga hilir Pertamina terbuka secara transparan. Secara internal pihaknya bisa membuat bisnis baru dengan data-data yang sudah diperoleh dalam penjualan BBM di SPBU.
Menariknya lagi, Pertamina bisa mengetahui stok BBM di sebuah SPBU karena akan ada peringatan dini jika tanda sudah merah atau stok sudah mulai habis di tangki timbun. “Berkat teknologi Telkom, seluruh SPBU di Indonesia saya bisa pantau real time, tidak akan ada lagi kelangkaan BBM,” ungkap dia.
Dia menjelaskan, saat ini jika ada stok BBM di SPBU kosong maka akan ada peringatan dan pemilik harus segera membeli BBM ke TBBM terdekat. “Soal bayar nanti ke sepuluh, yang penting BBM ada dulu,” ujar dia.
Masud mengatakan, jika ada pembelian solar dengan volume drum atau 200 liter akan ketahuan di command center SPBU. “SPBU mana dan pemiliknya siapa kami bisa tahu, solar kan subsidi tidak boleh dijual ke industri. Itu kami teruskan ke kepolisian biasanya,” imbuh dia.
Ia mengungkapkan, sebelum ada program digitalisasi SPBU Pertamina tidak ada data yang bisa dilihat secara real time. “Saya kalau mau lihat sales BBM harus dua hari setelahnya, itupun angkanya beda-beda. Sekarang, hari ini juga saya bisa tahu penjualan berapa, sehari bisa Rp 1 triliun penjualan BBM Pertamina,” katanya.