Berhitung
Sementara itu, kegiatan di pelabuhan Jepara telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Para pengawas yang bekerja di bawah pimpinan Ki Tumenggung Jayasrana secara rutin melaporkan setiap perkembangan. Di tempat lain, dalam waktu yang tidka dapat dikatakan cukup lama, Demak mulai kedatangan orang-orang dari barat yang akan membantu mereka menjalankan rencana Raden Trenggana. Atas kedatangan bala bantuan dari barat, penguasa Demak mengumpulkan para pemimpin Demak di sebuah ruangan yang cukup besar.
Dengan tekun Raden Trenggana menyimak pendapat-pendapat yang diutarakan oleh para senapati. Sebagian dari mereka berpendapat untuk menempatkan bala bantuan itu di setiap benteng dan dinding kotaraja. Dan sebagian senapati berpendapat : membagi bala bantuan dengan cara menyertakan sebagian dari mereka dalam rencana penyerangan.
Raden Trenggana kemudian bertanya, “Apakah kekuatan Panarukan dapat mengimbangi kita? Lalu, apakah kalian tidak khawatir mereka berusaha menerjang pertahanan Demak?”
Seorang senapati yang telah kembali dari Panarukan menjawab, ”Kekuatan Panarukan tidak seluruhnya dapat diukur melalui jumlah prajurit, Raden. Saya tidak dapat mengatakan kemampuan yang ada pada pribadi masing-masing. Tetapi para petugas sandi yang mampu mendekati tempat-tempat latihan mereka telah menilai bahwa Panarukan tersusun dari berbagai unsur. Seorang petugas melaporkan bahwa ia pernah melihat prajurit Tuban berlatih bersama di Panarukan. Sementara petugas yang lain mengenali ciri-ciri pakaian para pengikut Pangeran Tawang Balun. Untuk itu, saya tidak akan mengatakan kekuatan Panarukan berada di bawah kekuatan yang kita miliki.”
Raden Trenggana lekat menatap wajah senapati itu, katanya, ”Bagaimana pendapatmu mengenai perpaduan kekuatan kita dengan Jepara dan bantuan dari barat?”
“Raden, perpaduan itu sudah barang tentu akan membawa keuntungan lebih bagi kekuatan Demak. Dan agaknya dapat menutup kekurangan yang mungkin saja tidak terlihat oleh kita namun mudah ditembus oleh pihak lain,” jawab senapati itu.
Para pemimpin yang ada di ruangan itu mengangguk-angguk. Menurut perhitungan mereka, perpaduan kekuatan tiga pihak akan menjadikan mereka semakin kuat. Meski demikian, tidak ada seorang pun yang merendahkan kekuatan Panarukan yang mungkin saja tersembunyi dari pengamatan petugas sandi.
Kemudian Raden Trenggana berkata, “Aku dapat menerima pendapat yang berbeda. Karena masing-masing mempunyai kebenaran dan dapat memberi kejayaan pada Demak. Pengalaman kita untuk bertempur di laut mempunyai kelebihan tersendiri dan mungkin tidak berada dalam jangkauan yang mereka perhitungkan. Menghindari perang darat akan membuat pasukan kita menjadi lebih kuat karena perjalanan jauh ini akan menguras tenaga. Mungkin saja, ya, mungkin saja akan memusnahkan harapan kita apabila Rembang, Tuban, Gresik dan yang lain turut menghadang pergerakan kita di perjalanan. Kita akan sepenuhnya memanfaatkan segala kelebihan. Kita ber-tempur di laut.”
Tidak ada orang yang bergumam atau bersuara ketika Raden Trenggana mengakhiri uraiannya.
“Jika demikian, maka pertempuran akan mengambil masa yang lebih singkat dan kita dapat mengurangi jumlah korban yang berasal dari barat,” kata Raden Trenggana menambahkan.
Ratu Kalinyamat, yang duduk bersebelahan dengan pen-guasa Demak, berkata, ”Kita lakukan dalam waktu dan perhitungan yang tepat.”
Raden Trenggana menarik napas panjang. Sejenak ia mengamati keadaan dengan pandang mata, lalu ia berkata, ”Baiklah. Saat ini adalah waktu terakhir bagi kita semua untuk menilai kembali semua perhitungan dan rencana secara cermat. Karena, ketika kita telah berada di perairan Panarukan maka sudah tidak ada gunanya lagi untuk berdebat. Kita juga tidak menunggu untuk diserang namun kita juga tidak dapat menyerang tanpa perhitungan yang tepatt.”
Seperti biasa jika mereka sedang berunding, maka para senapati segera membentuk beberapa kelompok yang mempunyai kelebihan dan kekhususan yang sama. Tak lama kemudian lingkaran-lingkaran kecil terbentuk di ruangan itu dalam pengawasan Raden Trenggana.
Beberapa senapati sudah sibuk dengan perdebatan dan mengutarakan isi kepalanya. Suasana mendadak menjadi riuh dengan kesibukan yang terjadi. Sebagian pemimpin kelompok kemudian berjalan maju mendekati Raden Trenggana untuk membeberkan rencana masing-masing kelompok. Dengan cermat dan hati-hati, Sultan Trenggana selalu meminta alasan yang kuat atas sebuah rencana dan tak jarang ia menolak rencana yang dianggapnya berbahaya.
Keadaan dalam ruangan lantas menjadi hening dan senyap ketika Sultan Trenggana berdiri dan meminta perhatian mereka. Jantung para senapati berdentang keras. Mereka telah mengetahui siasat yang akan dilaksanakan Raden Trenggana melalui para pemimpin kelompok.