SuaraKawan.com
Bab 7 Gerbang Pasukan Khusus

Gerbang Pasukan Khusus 3

Toh Kuning memandang lekat punggung Pamekas saat meninggalkannya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengheningkan cipta di dalam biliknya.

Kesibukan mulai meningkat di barak pasukan khusus Selakurung saat pagi baru saja menyapa dataran Arjuna. Para prajurit terlihat sibuk mempersiapkan diri menuju medan perang yang telah ditentukan oleh Sri Baginda Kertajaya. Sejumlah orang dalam kelompok kecil tampak sedang berlatih untuk mematangkan gelar yang disiapkan secara khusus oleh Mahesa Wunelang. Di sudut lain barak pasukan. Belasan prajurit mempersiapkan senjata yang pada umumnya akan dibawa ke medan perang seperti anak panah, tombak dan perisai kayu.

Ki Tumenggung Gubah Baleman dan sejumlah perwira merasakan kejanggalan dalam persiapan yang mereka lakukan.

“Aku tidak melihat seorang pun dari pasukan Toh Kuning,” kata lirih Ki Gubah Baleman pada perwira yang berdiri di sampingnya. Dua perwira lain yang mendengarnya manggut-manggut dengan pertanyaan tersimpan dalam benak mereka. Lalu seorang prajurit yang bertugas di gardu jaga berlari-lari menghampiri mereka. Ia mengatakan sesuatu yang mengejutkan para perwira selain Ki Gubah Baleman yang terlihat cukup tenang.

“Toh Kuning sedang menunggu Ki Tumenggung di luar gerbang,” prajurit jaga memberi laporan.

“Apakah ia mengendarai kuda?” bertanya Ki Tumenggung Gubah Baleman.

“Tidak, Ki Tumenggung. Tetapi ia datang dengan seluruh anggota pasukannya,” jawab prajurit itu.

Terkejut para perwira ketika mengetahui itu. Mereka saling bertukar pandang satu sama lain tetapi tidak seorang pun yang mempnyai perkiraan pasti mengenai alasan Toh Kuning.

“Baiklah, kembalilah ke tempatmu. Buka pintu gerbang lebar-lebar dan katakan pada Toh Kuning agar menunggu kedatanganku,” perintah Gubah Baleman. Ia berjalan menuju pintu gerbang diiringi beberapa perwira.

Seorang prajurit yang melihat kedatangan Ki Tumenggung Gubah Baleman segera membuka pintu gerbang barak pasukan khusus.

“Kau akan berdiri menentang perintah raja?” suara Gubah Baleman terdengar penuh wibawa sewaktu berhadapan dengan lurah kepercayaannya di luar barak pasukan. Sejenak ia menggerakkan tangan memberi perintah mundur perwira yang mengikutinya.

“Tidak. Saya tidak menentang perintah raja. Saya hanya lakukan perintah raja sesuai dengan cara yang saya ketahui,” jawab Toh Kuning yang tegak berdiri dengan pakaian prajurit yang lengkap dengan segala tandanya.

“Tetapi kau membawa seluruh pasukanmu keluar dari barak. Dan itu adalah pembangkangan, Toh Kuning,” bentak seorang perwira dari belakang punggung Ki Gubah Baleman.

“Tidak. Saya tidak membawa mereka untuk membangkang. Saya membawa mereka untuk membela Kediri dan menyelamatkan raja tetapi tidak dari barak,” bantah Toh Kuning.

“Kau masih seorang prajurit, Toh Kuning, kau masih terikat dengan segala peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan,” kata Gubah Baleman.

“Maka saya mengundurkan diri sebagai prajurit.”

Toh Kuning melepas pakaiannya dan tanda-tanda keprajuritan yang dikenakannya. Perbuatannya itu kemudian diikuti oleh seluruh anggota pasukannya.

“Dan aku akan menghukum kalian semua,” seru Gubah Baleman sambil memberi perintah untuk mengepung Toh Kuning dan pasukannya.

Pamekas segera meneriakkan aba-aba untuk menyusun gelar perang. Seluruh anggota pasukan Toh Kuning kemudian mengikuti perintah Pamekas, sementara Toh Kuning masih berdiri tegak berhadapan dengan Gubah Baleman.

“Pasukan khusus Kediri memang mendapatkan pelatihan keprajuritan sangat baik,” kata Toh Kuning dengan sorot mata tenang, ”tetapi kalian akan mengetahui bahwa kami sanggup membongkar kepungan itu dengan cara lebih baik.”

Semangat pasukan Toh Kuning makin bergelora mendengar kata-kata yang diucapkan oleh pemimpin mereka. Untuk beberapa saat pasukan khusus Selakurung memasuki keadaan genting. Sebagian prajurit berharap ada perundingan di antara pemimpin mereka, karena, sebenarnya mereka enggan berkelahi dengan orang-orang yang mereka kenal baik. Namun ada beberapa di antara mereka yang sama sekali tidak mempunyai pendapat menghadapi keadaan genting yang merayap penuh ketegangan.

Gubah Baleman kemudian bertanya, ”Apakah kalian dapat menyelamatkan diri dengan jumlah seluruh pasukan khusus?”

“Seorang tumenggung yang dikenal dengan nama Gubah Baleman tidak akan gegabah menerjunkan seluruh pasukannya hanya untuk menghalangi perbuatan saya,” jawab Toh Kuning.

Seorang perwira melangkah maju dan berdiri di samping Gubah Baleman, kemudian berkata, ”Jumlah kalian jauh lebih sedikit meskipun kalian mempunyai kemampuan di atas kami. Tentu kau masih mengingat dengan baik jika di antara kami masih ada hubungan perguruan. Di antara anggota pasukanmu tentu masih ada yang satu perguruan dengan pasukan yang akan menghalangimu.”

Related posts

Bulak Banteng 4

Ki Banjar Asman

Panarukan 9

Ki Banjar Asman

Merebut Mataram 57

Redaksi Surabaya