SuaraKawan.com
Opini - Politik

Para Zombie Di Balik Layar Negeri Boneka

PARA UNTOUCHABLE

——————
Ada cafe di kawasan Selatan Jakarta. Tidak jauh dari kawasan rumah pejabat tinggi negara. Dari luar tidak keliatan merek cafe. Ini tadinya rumah mewah yang diubah jadi cafe. Pemiliknya salah satu menteri Jokowi. Ruangan dalam rumah itu tidak diubah. Hanya fungsinya berubah. Kamar jadi meeting room. Ruang keluarga dan tamu jadi lounge. Teras bagian antara bangunan utama dan paviliun jadi tempat smoking room.

Tamu yang datang, hanya orang tertentu saja. Siapa tamunya? Hampir semua pejabat tinggi negara, seperti ketua DPR, MPR, DPR, MA, MK, BPK, Menteri dan lain lain yang doyan nongkrong di sini. Tempat mangkal direksi BUMN, ring satu Presiden, dubes asing. LSM, Elite ormas. Umumnya tamu datang atas undangan dari temannya sendiri.

Sekawanan Zombies

Nah yang menarik…

Kalau anda ingin lihat betapa akrabnya mereka itu sama lain. Di TV keliatan mereka berseteru. Tetapi di cafe itu mereka sambil hisap cigar tertawa lepas. Lihat Rocky tertawa dalam canda dengan Ardian bareng Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ade Rosade. Liat Mas Sandi bicara santai dengan elite partai. Lihat keakraban elite partai PKS dan PDIP. Liat keakraban gubernur dengan para menteri dan anggota DPR.

Di atas panggung, mereka berdrama saling bermusuhan. Tapi dalam kehidupan personal mereka sangat akrab dan saling berbagi tawa.
“Nih yang bikin heboh minyak goreng di DPR.” kata salah satu orang menunjuk kepada yang lain
“Lue tega amat teriak teriak di DPR,” kata yang lain yang juga menteri.
“Gimana udah pantas gua dapat piala Oscar,“ katanya.

Yang lain ketawa.

“Minyak goreng selesai ganti dengan pawang hujan. “ kata yang lain. “ Cepat amat berlalu dramanya.”

Saya senyum kecut dengar mereka. Tahukah mereka, akibat ulah mereka rakyat terpolarisasi?  Saling baku hantam di sosmed. Kadrun dan cebong terbentuk. Sementara mereka merasa tidak berdosa melihat rakyat kebingungan. Saya cepat sudahi minum kopi dan pulang. Mending nongkrong tempat lain saja.

———
Keberanian seseorang ber-testimoni ini cukup beresiko. Saya percaya itu nyata, pada skala kecil di lain tempat, saya juga pernah “nguping” mereka asik yang ghibah.

Di situlah semua diatur sebelum “action”. Siapa yang naik dan siapa yang sudah waktunya turun. Di situlah tempat negosiasi calon pimpinan parpol. Saya juga percaya sesungguhnya negara ini milik tak lebih dari 500 orang. Inilah negeri opera yang masih terpelihara dengan sistemik, dimana jutaan nasib rakyat “diatur” hingga jadi bahan obrolan.
Sambil ngopi…. Ya, sambil menghisap rokok.

Bisa saja Gus Dur, BTP, Jokowi pada akhirnya hasil produk rekayasa mereka. Orang-orang baik dipaksa berkorban melindungi orang jahat. Selangkah saja melawan, bisa habis diinjaknya. Gus Dur dan BTP pernah mengambil resiko itu, dan Jokowi yang tetap bertahan dengan “compang-camping” di akhir masa jabatannya.

Meski demikian, suara akan berkumandang dan tetap bergaung hingga pelosok negeri. Ketika masa kejatuhan tiba, rakyat negeri akan bersorak gembira. Sepatutnya memang seperti itu.

 

Dahono Prasetyo
Depok 25/3/2022

Baca juga : Bodoh Amat

Related posts

Pembodohan (Abadi?)

Redaksi Surabaya

Sengketa Pilwabup Tulungagung

Redaksi Surabaya

Tim Kuasa Hukum MAJU Ajak Warga Tonton Sidang MK: Agar Tahu Faktanya

Redaksi Surabaya